Thursday, December 13, 2012

Perjalanan ibadah haji (5)

Kepulangan...

Tak terasa, empat pekan berlalu begitu cepat, bagai mimpi panjang yang indaaaaah sekali. Kini saatnya kembali merajut mimpi-mimpi lain yang belum usai. Semoga suatu saat nanti kami berkesempatan diundang kembali ke Tanah Suci..aamiin

10 Nov 2012
Madinah-Istanbul
Kami keluar dari hotel sesaat sebelum waktu Isya, sambil membawa seluruh barang dan diletakkan di bus yang akan membawa kami ke bandara. Pimpinan rombongan kami pun berpesan agar segera setelah usai sholat, berdo'a sebentar lalu berkumpul di bus.
Usai sholat dan berdo'a, kami "setengah berlari" menuju bus. Alhamdulillah bus masih ada. Saat kami sudah duduk manis di dalam bus, petugas membagikan tiket pesawat. Oh ya, kami ini nantinya tidak perlu antri check in untuk bagasi, dsb, karena tas-tas koper kami sudah dikalungi label-label saat masih di hotel. Jadi tas-tas kami (dan juga air zam-zam) akan langsung ditaruh di pesawat, tanpa ditimbang (waah...ini kami baru tahu! Pantesan, orang-orang bawa oleh-oleh buanyaak. Kadang kopernya yang ukuran besar itu pun tak mampu "berdiri" lagi).
Sesampainya di bandara di Madinah (saya lupa namanya), kami antri untuk diperiksa dokumen dan tas kabin yang kita bawa. Ternyata...pemeriksaannya tidak seketat sebelum-sebelumnya. Botol yang berisi air minum pun "lolos" dari pemeriksaan...hehe Saat diperiksa dokumen pun, wah...ternyata mereka cinta sekali dengan Indonesia. Alhamdulillah, tidak terlalu banyak yang ditanyakan, yang ada senyum-senyum senang. Alhamdulillah...setelah diperiksa, kami pun diberi "hadiah". Hadiahnya adalah sebuah Al Qur'an, yang karena saya WNI, saya diberi Al Qur'an terjemahan Indonesia.
Sekitar pukul 23.30 kami pun memasuki pesawat. Seperti biasa, potongan tiket yang kecil yg tersisa saya bawa dan saya lihat nomor seat-nya. Di tengah-tengah sibuk mencari kursi, salah seorang penumpang berkata, "Je mag zitten waar je wil". Lhaa? bener nih? Setelah saya konfirm memang bener, kami bebas memilih kursi. Oolala... terus apa dunk fungsi nomor seat di tiket ini? I don't know! 'Ala kulli hal, alhamdulillah kami mendapat kursi dengan 2 seat di sisi kanan, sehingga saya bisa duduk bersebelahan dengan suami tercinta.
Bismillahi tawakkaltu 'alalloh...Pesawat pun mulai terbang meninggalkan Madinah menuju Istanbul, lewat tengah malam. Perlahan tapi pasti...sayap-sayap si burung besi terus mengepak di udara, membawa kami menjauh dari kota yang "bercahaya" ini.

Kini, aku pun mengerti, mengapa setiap orang yang baru pulang umrah atau haji 
selalu mengatakan : "Ingin kembali lagi!". 
kenikmatan jamuan-Nya....memang tiada duanya.
I miss Mekah and Madinah already...:'(

11 Nov 2012
Istanbul-Brussel
Sekitar pukul setengah empat pagi kami sampai di Istanbul. Dari sini jama'ah haji MG dari Belgia terbagi-bagi, ada yang stay di Istanbul dan ada yang lanjut ke Brussels (jadwal keberangkatan ke Brussel pun dibagi 2, ada yang jam 8 pagi dan ada yang jam 11-an). Saya masuk rombongan yang baru akan berangkat (lagi) jam 11-an siang. Jadilah kami beristirahat seadanya di tempat makan dan di mushola, akrena memang tidak disediakan lounge/tempat tunggu khusus untuk kami. Alhamdulillah, untuk mengganjal perut kami, MG menyediakan sandwich dan minuman. kalau kurang? silakan beli sendiri...hehe. Kebetulan kami menunggunya di area food court. Meski mata uang yang digunakan adalah Lira, mereka juga menerima transaksi dalam Euro. Alhamdulillah...perbekalan kami  masih cukup, apel, muesli bar, dan kurma bisa mengganjal perut di sisi yang lain :-).
Perjalanan udara dari istanbul ke Brussels memakan waktu kurang lebih 3 jam. Alhamdulillah perjalanan lancar. Kami sampai di bandara Zaventem sekitar pukul tiga sore. Sembari menunggu bagasi yang (agak) terlambat keluar, kami sholat di dekat area pengambilan barang. Sampai sekitar hampir jam 4, ada 1 barang kami yang belum "muncul", yakni sebotol air zam-zam (isi 10 lt). Akhirnya suami memutuskan untuk melaporkan ke kantor maskapai yang ada di bandara. Janjinya, mereka akan kasih tahu jika barang kita ditemukan.
Begitu melewati pintu keluar, saya pun masih belum tahu, ada yang njemput kita nggak ya? jangan-jangan, rombongan keluarga pak Gerrit -orang Indo yang lain yg juga jama'ah haji MG- yang sudah keluar duluan, sudah pada pulang. Ya udah...kami pun bersiap kalau harus pulang naik kereta. Begitu kami melewati pintu, memandang ke arah para penjemput... tiba-tiba muncul Wulan, putri pak gerrit. Dia bilang kalau yang lainnya menunggu di pintu yang lain. Jadilah kami tertawa gembira dan haru...ternyata ada yang menjemput kita, meski sejujurnya...kami juga merindukan pelukan ummi, mas, mbak, bapak, ibu, dan kluarga kami di Indonesia. Ya, kami punya keluarga baru di sini. Alhamdulillah wa syukurilah...

Brussel-Leuven
Dari bandara apakah kami langsung diantar ke rumah?? ternyata tidak. Kami dijamu, bak tamu agung, di kediaman Wulan. Kami pun OK-OK aja, apalagi Pak Baktiar pun menjanjikan akan mengantarkan kami sampai rumah. Di kediaman Wulan, jamuan luar biasa terhidang...mie bakso dan siomay. Dua jenis penganan yang kami rindukan...hehe Belum lagi kami ngobrol dalam suasana yang "hangat" sekali. Seusai menikmati semua suguhan tuan rumah yang baik hati, kami pun berpamitan.
Saya dan suami (termasuk 5 koper kami...hehe) "diangkut" dengan mobil Pak Baktiar...langsung ke istana kami. tetangga seberang kami pun, yang kami titipi kunci rumah pun ikut berkunjung. Kami ngobrol sebentar sambil ditemani cemilan khas pasca haji, kurma dan air zam-zam.

Alhamdulillah, tuntas sudah ibadah haji kami, 
dan kami juga sudah kembali di "tanah air" dengan selamat.
Allohummaj 'alhu hajjan mabruro wa sa'yan masykuro...

Satu hal yang hikmah yang saya rasakan (lagi) adalah betapa indahnya ukhuwah Islamiyah, 
tak terbatas di mana pun berada, pun tak sebatas hubungan darah atau suku bangsa. 
Saya merasakan betapa Allah Yang Maha Pengasih sangaaaat mengasihi kami dengan memberikan saudara dan teman di perantauan yang baik hati. 
Bayangkan, mulai dari persiapan sampai tuntas ibadah haji ini, mereka dengan ringan tangan memberi bantuan dan berbagi "kehangatan" pada kami. 
Sampai-sampai beberapa ibu menyiapkan masakan untuk kami sepulang haji karena khawatir kami ga punya bahan makanan/belum sempat belanja karena capek, yang ternyata "bertahan" hingga 4 hari kemudian. Otomatis...saya jadinya ga perlu masak-masak dunk...hehe
Jazakumullohu khoir katsir ... 
semoga Allah semakin mengeratkan ukhuwah ini dan semoga Allah membalas kebaikan yang diberikan dengan balasan yang berlipat ganda. 
Aamiin yaa robbal 'aalamiin...

Wednesday, December 12, 2012

Perjalanan ibadah haji (4)

Ziarah ke Madinah Al Munawaroh

Alhamdulillah usai melaksanakan ibadah haji, kami berkesempatan untuk berziarah ke kota suci lainnya, yakni Madinah al Munawaroh. Kami menempuh perjalanan yang cukup panjang, sekitar 7 jam dengan bus, termasuk 45 menit istirahat di jalan dan berhenti di beberapa pos untuk pemeriksaan atau pembagian makanan dan buku-buku. Insya Allah kami akan di sini selama 8 hari, imam kami di MG Belgia menyampaikan tentang anjuran "arba'in", yaitu melaksanakan sholat fardlu 40 waktu di Masjid Nabawi. Meski haditsnya kurang kuat, buat saya itu semacam motivasi untuk mengoptimalkan ibadah dan berlama-lama di Masjid.

3-11 November 2012

Sekitar pukul 2.30 dini hari kami sampai di hotel Rehab Al Mesk. Kami langsung menuju kamar masing-masing...dan alhamdulillah kali ini, saya sekamar dengan beberapa teman yang sudah saya kenal dan bisa berbahas Belanda. Akhirnya bisa juga ber cas-cis-cus di kamar...hehe *padahal Belanda-nya juga baru seujung jempol..hihi* Kami langsung dipersilakan beristirahat karena juga belum masuk waktu Shubuh. Hitung-hitung kita meluruskan punggung lah, meski hanya sekitar 2 jam-an saja (karena sebelum subuh, kami sudah harus bangun lagi).

Sekitar jam 4.30 kami bangun dan bersiap ke masjid. Jantung ini agak berdebar...dag dig dug... --Bersiap menyambut keindahan dan keteduhan Masjid Nabawi, seperti cerita orang--, ambil terus melantunkan shalawat sepanjang jalan menuju hotel, tak jauh ternyata, sekitar 200m. Allohu Akbar...pipiku terkejut saat ada bulir-bulir hangat menetes saat kulihat masjid berkubah hijau itu. Cantik! Ini baru karya manusia, bagaimana dengan keindahan karya-Mu ya Allah, Surga-Mu! Kemudian kami langsung masuk ke dalam masjid yang sudah agak penuh. Mencari tempat dan kemudian menunggu adzan.

Seusai sholat, kami -jama'ah MG Belgia yang putri- berkumpul. Seima hodja, pemimpin rombongan putri mengingatkan kembali tentang jadwal harian kami dan ziarah. Setiap hari jam 3 pagi, kami harus berkumpul di masjid untuk melakukan Qiyamul lail dan khotmil Qur'an (setiap orang kebagian jatah 1 juz), kemudian ditutup dengan do'a bersama. Selain itu, kami pun akan berziarah ke beberapa situs bersejarah. Tak lupa, kami pun dipersilakan untuk mengunjungi Raudzah pada jadwal yang ada (ba'da shubuh, ba'da Dhuhur atau ba'da Isya). Meski banyak waktu luang di sini, kami sangat dianjurkan tidak melewatkan sholat berjama'ah lima waktu di Masjid Nabawi selama di sini. Mereka menjelaskan tentang Arba'in, fadhilah mengerjakan 40 waktu sholat di Masjid Nabawi untuk memotivasi kita. Apalagi kita akan di Madinah selama 8 hari saja, jadi 8 x 5 waktu sholat = 40. So, kita dianjurkan sekali tidak sekalipun tertinggal jama'ah di masjid. Alhamdulillah akan banyak hal yang saya pelajari di sini, semoga menambah keimanan pada Allah dan kecintaan pada Rasulullah SAW.

Selama di Madinah, selain banyak "berdiam diri" di Masjid Nabawi yang cantiiik dan "berburu" makanan Indo (bakso tepatnya...hehe), kami mengunjungi beberapa situs bersejarah, yaitu : Masjid Ghamamah, Masjid Abu Bakar ra, Masjid Ali bin Abi Thalib ra, Masjid Umar bin Khothob ra, Masjid Utsman bin Affan ra, Stasiun kereta api dan masjid Anbariya, pasar kurma, Museum Madinah, Pemakaman Baqi', Bukit Uhud dan pemakaman syuhada' Uhud, Masjid Qiblatain, Area perang Khandaq dan 7 masjid, Masjid Quba' (naik bus dan berjalan kaki), dan masjid Jum'ah. Setiap tempat memiliki sejarah tersendiri, kesan tersendiri, ... insya Allah ceritanya menyusul yaa. Delapan hari memang tak cukup untuk mengunjungi semua situs bersejarah di Madinah Al Munawarah, semoga di lain kesempatan kami bisa melanjutkan wisata ruhani ini. Aamiin

Allohumma sholli 'alaa Muhammad...

Tuesday, December 11, 2012

Perjalanan ibadah haji (3)

Umrah cukup sehari saja

Suatu ketika saya mendengar ceramah Ust Yusuf Mansur. Di sela-sela ceramahnya, beliau pernah bercerita bahwa perjalanan tersingkat beliau untuk umrah yaitu hanya 2 hari. Lho koq bisa ya?? Setelah melaksanakannya sendiri, saya baru menyadari bahwa hal itu mungkin saja. Alhamdulillah...

Di luar rangkaian haji, kami melakukan umrah* sunnah sekali sendirian (tidak bersama rombongan). Alhamdulillah, setelah mendapat informasi dari beberapa teman yang sudah melaksanakan umrah, kami mantap untuk berangkat. Bismillah

31 November 2012

Tadinya kami berencana untuk berangkat umrah pagi-pagi, setelah sarapan pagi, dimana sebagian jama'ah haji MG Belgia (1 bus) juga berangkat menuju Gua Hira. Akan tetapi, karena kondisi kesehatan suami masih belum 100 % fit, dia merasa perlu untuk ke dokter dulu yang baru buka praktek mulai jam 9 pagi. Sembari menunggu kabar dari suami saya istirahat dan juga beberes karena lusa kami berangkat ke Madinah. Menjelang waktu Dhuhur, saya dihubungi sumi yang mengatakan bahwa kondisinya sudah mendingan meski tadi juga tidak jadi ke dokter karena dokternya sedang tidak ada. Alhamdulillah...akhirnya kami memutuskan ba'da Dhuhur berangkat umrah.

Sekitar jam 1 siang, dengan sudah memakai pakain ihram dari hotel, kami naik bus yang disediakan oleh MG menuju MH (Masjidil Haram). Dari situ kami langsung kami langsung menuju halte bus di dekat hotel Darut Tauhid (lokasinya di depan pintu MH no 1, King Abdul Azis gate).

FYI, bagi kita yang sudah ada di Mekkah, jika ingin melakukan umrah harus ke miqat dulu. Miqat ini yang terdekat adalah di Tan'im, jadi sebagian menyebut miqat Tan'im atau miqat Aisyah. Miqat ini adalah batas Tanah Haram, dan berjarak sekitar 7 km dari MH. 

Yup...kembali ke perjalanan kami, kami menuju halte bus dan tidak menemukan bus sama sekali. Setelah tanya kiri-kanan dan menunggu si bus yang katanya berwarna merah itu tak kunjung datang, kami memutuskan naik mobil "omprengan" menuju Miqat Tan'im. Meski ongkosnya 5 riyal (lebih mahal dari ongkos bus yang cuma 2 riyal), kami tetep naik karena khawatir kesorean. Awalnya kami agak was-was, karena kurang nyaman (pintu mobilnya tak tertutup dan si sopir juga agak ngebut) dan penumpangnya hanya kami berdua, dzikir pun tak lepas dari bibir kami. Alhamdulillah, selama di perjalanan satu per satu penumpang bertambah yang akhirnya mobil itu penuh. Eeeh... ternyata bukan hanya harga barang aja yang bisa ditawar, ongkos bus ini pun bisa ditawar. Beberapa orang yang naik setelah kami, ada yang kena biaya 4 riyal, 3 riyal dan ada juga yang langsung naik (tanpa menawar) jadi nasibnya sama dengan kami. Sebetulnya alasan kami tidak menawar karena referensi dari teman yang kemarin-kemarin berangkat, biaya taksi/omprengan, dari 10-50 riyal. jadi, 5 riyal udah murah kaan? ternyata, masih bisa lebih murah...ga papa lah sedekah :-).

Perjalanan menuju masjid Aisyah memakan waktu sekitar 15-20 menit. Setibanya di sana, kami langsung sholat sunnah 2 raka'at, berdo'a, kemudian foto-foto...eh, niat untuk umrah (membaca : labbaika umrotan) dulu loh. Itu yang wajib!

Setelah itu kami langsung kembali ke MH, berharap belum ketinggalan Ashar. Untuk kendaraan pulang, kami menunggu "si merah" yang berbadan besar, meski ada beberapa taksi yang menawari, kami geleng kepala. Kami ingin mencoba naik bus itu. Setelah beberapa waktu, ada bus merah yang menghampiri, Alhamdulillah. Setelah membayar 2 riyal per orang (begitu naik dari pintu depan, langsung bayar dulu -seperti sistem transport bus di Eropa, bayar dulu baru duduk), kami duduk. Bus pun kembali melaju, dan sesekali berhenti untuk menjemput penumpang.

Sesampainya di MH, alhamdulillah masih belum masuk waktu sholat Ashar. Usai sholat Ashar di MH lantai dasar, kami menuju lantai 1 untuk melakukan tawaf. Setelah itu sholat sunnah 2 rakaat di belakang Maqam Ibrahim dan minum air zam-zam. Ba'da maghrib barulah kami melaksanakan Sa'i. Setelah Sa'i, kami melaksanakan sholat isya berjamaah lalu kembali ke hotel. Sesampainya di hotel kami bertahallul, dan melepas pakaian ihram. Alhamdulillah... rangkaian ibadah umrah kami tuntas sudah. Dan benaaar... CUKUP waktu SEHARI saja untuk melaksanakan rangkaian ibadah umroh ini.

Semoga Allah menerima ibadah umroh kami...aamiin

* Tata cara umrah adalah : Ihram dari miqat, Tawaf lengkap (mengelilingi ka'bah 7 kali, sholat sunnah 2 rakaat di belakang maqam ibrahim) dan minum air zam-zam), Sa'i, dan Tahallul. 

Sunday, December 9, 2012

Perjalanan ibadah haji (2)

Perjalanan haji yang (ternyata) singkat...

Labbaik allohumma labbaik
labbaik kalaa syarii kala kalabbaik
Innal hamda wanni'mata laka walmulk
Laa syarii kalak

Dulu, sebelum saya berangkat haji, sempat membaca beberapa buku dan tulisan tentang haji. Saya coba membayangkan bagaimana urutan pelaksanaan ibadah haji itu. Kalau secara teori (syarat, rukun, sunnah, larangan, dsb), insya Allah banyak kita temukan dalam uraian Fiqh haji. Cuma, saya masih belum bisa membayangkannya secara runtut apa yang akan saya lakukan selama di sana. Ditambah lagi jadwal kegiatan di sana belum juga kami dapat dari Milli Gorus. Setelah browsing dan tanya sana-sini, alhamdulillah saya mulai mendapat bayangan apa saja aktivitas saya selama di tanah suci, khususnya saat menemukan skema perjalanan haji dari sebuah blogspot. Ternyata haji itu singkat!

Seusai berganti pakaian ihram (untuk laki-laki saja, sedang untuk perempuan -termasuk saya- sudah memakai pakaian ihram sedari awal) di bandara Istanbul, kami pun diingatkan kembali bahwa nanti niat ihramnya di pesawat. Setelah rehat sejenak di bandara Istanbul, kami melanjutkan perjalanan ke Jeddah.

Sekitar setengah jam sebelum mendarat di bandara Jeddah, kami diingatkan oleh pimpinan rombongan bahwa kita segera melewati miqat, sudah saatnya niat ihram untuk umrah. Labbaikallohumma umrotan. Mengapa umrah?? Tidak lain dan tidak bukan karena haji kita adalah haji tamattu'*, dimana pelaksanaannya adalah umrah dulu baru haji. Setelah berniat bersama jama'ah haji yang lain, dipimpin oleh Ismail hodja (hodja = kyai dalam bahasa Jawa), kami terus melantunkan talbiyah. Usai melantunkan niat ihram, maka mulai berlakulah segala aturan, termasuk larangan-larangan ihram. Tak terasa mata pun basah karena haru, senang sekaligus sedih. Jantung berdebar seperti akan bertemu "kekasih" yang telah lama dirindukan dan diimpikan. Hati tergetar saat mencoba memaknai kalimat talbiyah yang terlantun dari bibir.

Sesampainya di Mekah, setelah istirahat sejenak di hotel, kami bersama rombongan langsung menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan Umrah. Dari hotel yang berjarak sekitar 5 km dari Masjidil Haram, kami mengendarai bus per regu dan memakan waktu sekitar 15 menit. Sesampainya di Masjidil Haram, bergetar tubuh ini memandang Ka'bah, air mata mengalir haru. Kami pun langsung diarahkan untuk melaksanakan tawaf bersama rombongan di lantai dasar. Setiap putaran, saat sampai di multazam, saya mencoba mengarahkan badan ke Ka'bah untuk sejenak melantunkan do'a-do'a special yang ingin saya panjatkan. Saya tidak ingin melewatkan multazam begitu saja, karena ia adalah salah satu tempat yang mustajabah. Seusai tawaf, mengelilingi Ka'bah 7 kali dengan melantunkan do'a dan dzikir yang dibimbing Lutfi hodja (ketua regu kami), kita melaksanakan sholat sunnah dua raka'at di belakang Maqam Ibrahim dan minum air zam-zam. Setelah rangkaian Tawaf usai, kami langsung menunaikan Sa'i. Subhanalloh, sambil berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwa, saya coba menghayati perjungan bunda Siti Hajar untuk putranya, Ismail. Sungguh, bukan jarak yang pendek, tujuh kali pula. Sekilas menggambarkan bahwa betapa besar kasih sayang ibu terhadap putranya. Miss u , ummi sayang....

Seusai tuntas melaksanakan sa'i, kami kembali ke hotel. Sesampainya di hotel, kami melaksanakan Tahallul, yakni dengan memotong sebagian rambut kita. Artinya, tuntaslah ibadah umroh kita. Kita boleh melepas pakaian ihrom dan "terbebas' dari semua larangan ihram.

Rangkaian ibadah haji dilanjutkan kembali pada tanggal 26 Okt, di hari ke 8 Dzulhijjah. Pagi harinya, sebagian jama'ah haji yang menuju Arafah dengan berjalan kaki, sudah berangkat. Mereka mabit/bermalam di Mina terlebih dahulu, baru keesokan pagi harinya (tgl 9 Dzulhijjah) menuju Arafah. Sedangkan saya, ikut rombongan yang  naik bus. Mulai siang harinya kami sudah mengenakan pakaian ihram lagi plus menyiapkan semua perbekalan kami, bersiap melakukan perjalanan ke Arafah. Tapi ternyata bus baru berangkat menuju Arafah sekitar pukul 19 CET. Dari hotel kami langsung meluncur ke perkemahan di Arafah. Alhamdulillah perjalanan cukup lancar, hanya sekitar satu setengah jam kami sampai di lokasi. Tenda laki-laki dan perempuan terpisah, namun bersebelahan saja. Setelah rehat sejenak, setiap orang boleh memilih tempat yang disoka. Saya bersebelahan dengan Aisya, muslimah asal Rusia yang sudah belasan tahun tinggal di Belgia. Dia-lah yang cukup intensif ngobrol dengan saya selama ini...maklum  kami juga teman sekamar dan sama-sama tidak bisa bahasa Turki...hehe. Sekitar pukul 21.30 CET kami berkumpul, duduk melingkar bersama teman2 CJH asal Belgia yang lain. Seima hodja menjelaskan bahwa malam ini kami akan mengadakan pengajian, nasyid, tilawah, dan muhasabah. Dengan duduk beralaskan karpet yang dialasi tikar, dibawah cahaya rembulan (karena memang lampunya hanya di beberapa titik), saya pun khusyu mengikuti semua rangkaian acara yang berakhir sekitar pukul 24 CET. Selanjutnya kami beristirahat untuk menyimpan aktivitas esok hari, puncak haji yaitu "Arafah day". Alhamdulillah meski hanya di kemah yang sederhana, saya bisa terlelap (agak kecapekan juga siih...hehe).

The big day, 9 Dzulhijjah. Sebelum subuh, sebagian besar jama'ah sudah bangun. Seusai mengantri di WC umum dan mengambil wudlu, saya pun bergegas sholat malam dan dzikir. Cahaya yang temaram, membuat suasana semakin syahdu. Seusai sholat shubuh berjama'ah dan membaca ma'tsurat, saya memilih rehat (lagi) sejenak. Setelah cukup istirahat dan merasa tubuh segar, saya kembali mengambil air wudlu dan sholat dhuha. Setelah itu, saya menikmati bekal yang saya bawa. Sarapan roti plus madu, kurma dan apel. Teman kanan-kiri pun saling menyodorkan makanan bawaannya. Alhamdulillah. oh ya, jama'ah haji yang berjalan kaki dari hotel (dan bermalam di Mina terlebih dahulu) telah sampai di perkemahan di Arafah sekitar pukul 10 pagi. Detik-detik terasa melambat, menjelang Wukuf. Semua jama'ah khusyu menyambut waktu-waktu yang mustajabah. Saya sendiri memilih menyibukkan diri dengan tilawah Al Qur'an dan berdzikir. Sekitar pukul 11 siang, ransum siang tiba. Sekotak snack plus sebotol air minum. Alhamdulillah.Seusai sholat dhuhur-ashar (di jama' taqdim) secara berjama'ah, disambung dengan khutbah Arafah. Sayang sekali...khutbah ini disampaikan dalam bahasa Turki, yang saya mengerti adalah ketika disampaikan ayat-ayat Al Qur'an, hadits atau terlantun do'a. Akhirnya, saya pun memilih berkonsentrasi sendiri untuk tilawah, dzikir, bertaubat, sholat sunnah. Saya tak ingin melewatkan detik-detik ini dengan sia-sia, meski suhu "menghangat", ibadah must go on. Waktu Arafah ini tdk datang dua kali, disebutkan bahwa waktu mustajabah itu dari dzuhur sampai maghrib saja. Beberapa kali suami sempat menelponku, tak lain untuk mengingatkan betapa mustajabahnya waktu ini, duuh....nikmat sekali dianugerahi suami yang sholeh :-) Alhamdulillah, terima kasih ya Robb. Berjuta do'a pun mengalun dari diri yang lemah ini, terbayang pula wajah orang-orang tercinta, sahabat terkasih, orang-orang baik yang telah mencurahkan kasih sayangnya pada kami... Selain panjatan do'a hajat-hajat kami, teruntai pula do'a terbaik untuk mereka. Aamiin yaa mujiibassiiliin
Sekitar pukul 4 sore, ditutup dengan do'a wukuf dipimpin oleh seorang imam. Waktu itu, suasana sangat mengharu biru, terutama saat kami diingatkan kembali pada dosa yang telah kita perbuat, pada pengorbanan kedua orang tua kita, pada cinta Rasulullah untuk umatnya, pada kondisi saudara-saudara kita sesama muslim yang sedang diuji dengan ketidakamanan dan ketidaknyamanan, pada semua nikmat tak terbatas yang diberikan Allah pada kita, pada konsekuensi kita sebagai mukmin...
Seusai do'a wukuf dan kami larut dalam syahdu masing-masing, kami saling berjabat tangan, berpelukan, dan saling mendo'akan semoga Allah menerima ibadah haji kita dan mengabulkan do'a kita. Tadinya kami berencana untuk berjalan kaki menuju muzdalifah, tetapi karena kita mendapat giliran agak belakangan, sekitar pukul 8 malam, kami menuju Muzdalifah dengan mengendarai bus. Hanya butuh waktu sekitar setengah jam untuk mencapai tujuan, setelah itu kami mengikuti arahan dari ketua regu dalam memilih lokasi di Muzdalifah mengingat banyak juga jama'ah dari rombongan yang lain. Selain mabit (bermalam) di Muzdalifah, kami juga mencari batu untuk lempar jumrah keesokan harinya. Saya mengumpulkan tak kurang dari 80 batu, jaga-jaga kalau kami tak bisa melaksanakan nafar awal (untuk nafar awal, batu yang dibutuhkan : 7+21+21 = 49 batu; sedangkan untuk nafar tsani, batu yang dibutuhkan adalah : 7+21+21+21 = 70 batu).

Ba'da Subuh tanggal 10 Dzulhijjah, saya dan rombongan meninggalkan Muzdalifah menuju perkemahan di Mina (oh ya, sebagian rombongan meninggalkan Muzdalifah lewat tengah malam. Mereka langsung menuju lokasi lempar jumroh dan kembali ke hotel). Alhamdulillah sekitar pukul 7 pagi kami sampai di lokasi perkemahan. Tenda kami di Mina terlatak di paling ujung, di border akhir Mina. Kami pun langsung mencari tempat yang kosong dan beristirahat sejenak. Sekitar pukul10.30 kami berangkat untuk melaksanakan jumrah Aqabah bersama rombongan MG-Perancis. Meski cuaca terik siang itu cukup "hangat", keinginan untuk menunaikan rukun haji dan melihat banyak saudara yg juga melakukannya dengan penuh semangat, menjadikan semuanya "sejuk"...alhamdulillah. Sesampainya di lokasi, siang itu tidak terlampai padat. Bahkan kami melempar batu dari bibir sumur (eh koq sumur ya? tapi maksud saya adalah bibir tembok yg mengelilingi tiang yg dilempari batu). Setelah tuntas, kami langsung memisahkan diri dari rombongan dan langsung kembali ke hotel. Perjalanan dari lokasi "jamarat" ke hotel berubah kondisinya. Beberapa hari yg lalu, kami sempat ke sini bersama rombongan MG Belgia, kondisi jalan2nya masih lengang. Sekarang... Masya Allah, penuh sesak, di beberapa trotoar pun dipenuhi tenda-tenda dan di bukit-bukit batu itu juga ada beberapa yg menempati, seperti tak peduli lagi dengan keselamatannya. Saya hanya bs berdecak kagum dengan keberanian mereka. Sesampainya di hotel, kami tidak langsung melepas pakaian ihram, kami menanyakan tentang hewan qurban (dam bagi jama'ah haji tamattu), sudah disembelih ataukah belum. Tak lama kemudian, kami dikabari bahwa hewan qurban kami telah disembelih, maka kami melakukan tahallul awal dengan memotong (sebagian) rambut. Alhamdulillah...sejak itu kami diperbolehkan melepas pakaian ihram. Seusai bersih diri,  sholat dhuhur dan makan siang (alhamdulillah...akhirnya "bertemu" dengan nasi lg setelah dua hari ini makan kurma, roti dan buah...hehe). Kemudian kami rehat sejenak, mengumpulkan kembali kekuatan, sebelum kembali ke Mina. Seusai sholat maghrib, barulah kami berangkat untuk mabit di Mina (malam pertama). Sesampainya di tenda, kami langsung mencari barang-barang yang kami tinggal pagi tadi. Alhamdulillah ada...tetapi, ternyata sbagian besar tenda masih sepi, teman-teman dari MG Belgia yg lain pun belum ada yang datang. Akhirnya, saya memutuskan untuk mencari tenda yang "berpenghuni" setelah mengabarkan itu ke Semra, salah satu teman dari MG Belgia agar mereka tidak mencariku. Tak butuh waktu lama, saya -yang masih didampingi suami untuk mencari tenda perempuan yang sudah "terisi"- berjumpa dengan rombongan MG dari Belanda. Singkat cerita, mereka menawarkanku untuk tinggal di tenda bersama mereka. Alhamdulillah..mereka menyambutku bak tamu agung, dipersiapkan kasur tipis, selimut dan bantal, serta aneka makanan dan buah-buahan. Akhirnya malam itu saya bermalam bersama mereka yang baik hatinya.

Keesokan harinya, sebelum subuh kami sudah meninggalkan tenda untuk kembali ke hotel. Sesampainya di hotel, masih belum masuk waktu Subuh. Sore hari, ba'da ashar, kami ikut rombongan MG Belgia berangkat dari hotel menuju jamarat untuk lempar jumrah ula, wustha, dan aqabah. Saat mulai masuk di lokasi jamarat, kepadatan semakin luar biasa, jalannya merambat pelan. Seusainya, saya dan beberapa orang memisahkan diri dari rombongan (sebagian besar kembali ke hotel) untuk menuju Mina, kami akan mabit di Mina lagi (malam kedua). Malam ini saya bermalam dengan teman-teman dari MG-Belgia, karena teman-teman dari Belanda masih belum datang. Malam ini saya harus istirahat cukup mengingat saya berencana melaksanakan tawaf ifadhah besoknya.

Tepat jam 1 tengah malam, di saat teman-teman baru mulai terpejam atau sebagian yang lain sedang berada di alam mimpi, saya, suami dan pak Gerrit keluar dari Tenda untuk berangkat ke Masjidil Haram. Suami memprediksi kalau kita berangkat tengah malam, maka belum terlalu banyak orang dan perjalanan pun relatif lancar karena jalanan masih agak sepi (agak sepinya itu tetep ramee...hehe, tp tdk sampai berdesak-desakan). Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam (Mina-jamarat 1 jam dan Jamarat-Masjidil Haram 1 jam). Alhamdulillah...akhirnya sampai jg di masjidil Haram. Kelegaan ganda karena sekaligus mengobati rindu setelah beberapa hari tak berjumpa dengan Baitullah. Sekitar pukul 3.30 kami mulai tawaf Ifadhah di lantai 3. Alhamdulillah...lengaaang sekali, kami dapat menikmati perjalanan tawaf ini dengan tanpa berdesak-desakan. Seusai tawaf, kami tidak langsung sa'i, rehat sejenak sekaligus bersiap untuk melakukan sholat Shubuh. Ba'da Shubuh, kami melanjutkan lagi dengan Sa'i. Alhamdulillah, meski kaki terasa tak lagi menapak...hehe, hebat kaan? akhirnya kami bisa menuntaskan ini semua. sambil menangis haru kami berdo'a dan memanjatkan syukur. Usai istirahat sebentar, kami keluar dari masjid. Masya Allah...suasananya berbeda jauh dengan saat kami datang. Saat melewati tempat sa'i, padeeet betul. Orang-orang pun berjejal masuk ke masjid. Bravo suamiku! prediksinya tepat, meski harus berangkat tengah malam...tp tidak terlalu ramai. Kami pun melanjutkan perjalanan...berjalan kaki untuk kembali ke hotel. Saat melewati terowongan untuk pedestrian (Masjidil Haram-Jamarat), luar biasaaa...dua terowongan yang ada semuanya penuh dengan manusia yang berlawanan dengan kami, berjalan menuju Masjidil Haram. kami hanya "disisain" sebuah trotoar untuk jalan. wah...sepertinya tak lama lagi masjidil Haram ditutup, seperti beberapa hari yang lalu, seperti kata teman-teman. Segali lagi syukur yang terucap. Setelah lebih dari 1,5 jam perjalanan, kami sampai di hotel. Sepanjang perjalanan, kaki kiriku sudah terasa agak sakit. nah, sesampainya di hotel saya pakai istirahat. Tapi, nyerinya belum hilang kalau digerakkan. Gerakan sholat pun, khususnya saat duduk, tidak bisa saya lakukan dengan sempurna. Kami berupaya untuk melakukan nafar awal, yang artinya kami harus tuntas melaksanakan jumrah hari ini dan keluar dari Mina sebelum waktu Maghrib. Belajar dari kemarin, dimana rombongan MG Belgia berangkatnya terlalu sore, kami memutuskan untuk berangkat lebih awal. Dengan penuh semangat, meski kaki tertatih-tatih, sejak Dhuhur kami bersiap, kalau-kalau ada rombongan MG yang berangkat jumrah. Akhirnya saat jam menunjukkan pukul 13.40 ada rombongan MG Belanda berangkat. Saya pun berpesan agar nanti jalannya pelan-pelan, dan sebagainya. Hmm..setelah mempertimbangkan berbagai hal, suami meminta saya kembali ke hotel. Suami nanti yang akan mewakilkan lempar jumrah saya. Saya berupaya bernegosiasi, tapi ga bisa, karena kemungkinan kondisi di jamarat akan ramai...penuh dengan orang-orang yang ingin melaksanakan nafar awal. Akhirnya saya pun kembali setelah menyerahkan "batu-batu"untuk jumrah ula-wustha dan aqabah saya. Alhamdulillah...sekitar pukul 4 sore, suami sudah sampai kembali di hotel. meski lelah, dengan senyum lebar...kami bersyukur, karena tuntas sudah rangkaian ibadah haji. Tinggal tawaf wada' nanti sebelum meninggalkan Mekkah.

Allohummaj'alhu hajjan mabruro wa sa'yan masykuro...aamiin

Hmm. berarti sebenernya haji itu "hanya" memebutuhkan waktu beberapa hari. Lantas...apa yang kami lakukan selain rangkaian kegiatan itu?? padahal kami stay di Mekkah selama 20 hari, apalagi jama'ah haji Indonesia (reguler) yang tinggal selama sebulan di Mekkah. Ngapain aja yaa??

Nah kegiatan kami selain yg wajib-wajib** itu, alhamdulillah...cukup beragam. Setiap hari, kami usahakan sholat di MH. Tadinya, dalam sehari, kami bisa melaksanakan lebih dari 1 kali tawaf. Namun setelah kaki terasa agak gempor, kami menguranginya dan menggantinya dengan memperbanyak sholat sunnah, tilawah, dan dzikir. Pokoknya kami seperti tidak ingin melewatkan waktu sedikit saja untuk tidak di MH...sayaaang euy. Belum lagi, kalau sesekali melihat ka'bah, hati terasa adeeeem.... Subhanalloh!
Selain itu, kami juga melakukan ziarah ke beberapa tempat bersejarah, seperti : MasjidSajarah, pekuburan Ma'la, Masjid Jin, Jabal Nur (Gua Hira), Jabal Tsur (Gua Tsur), Jabal Rahmah, Masjid Aqabah, Mina, Arafah, Muzdalifah, lokasi Jamarat. Insya Allah cerita tentang ziarah ini menyusul yaa, stay tune di sini....

* Macam haji berdasarkan pelaksanaannya ada 3 :
 1. Haji Ifrad : niat ihram untuk Haji
 2. Haji Qiran: niat ihram untuk Haji dan Umroh bersamaan
 3. Haji Tamattu' : niat ohram untuk Umrah dahulu, kemudian Ihrom lagi untuk Haji (tanggal 8 Dzulhijjah)

** Rukun Haji : Ihram, Wukuf di Arafah, Tawaf Ifadah, dan Sa'i
Wajib Haji : Ihram dari miqat, Wukuf di Arafah hingga terbenam matahari, Mabit di Muzdalifah, Tawaf Wada', menggundul atau memendekkan rambut/ Tahallul, Mabit di Mina, Melontar jumrah
Barang siapa yang meninggalkan rukun, maka hajinya tidak sah. Barang siapa yang meninggalkan wajib, maka dia harus membayar dam dan hajinya tetap sah.

Perjalanan ibadah haji (1)



Awal keberangkatan...

Bismillah...saya ingin sharing tentang perjalanan haji kami. Perjalanan singkat yang ternyata sungguh luar biasa nikmatnya karena jamuan-Nya.

Pendahuluan
Saya dan suami memutuskan pada bulan Juni 2012 untuk mendaftar haji melalui salah satu biro haji yang ada di Belgia, yaitu Milli Gorus, salah satu biro haji-umrah yang dikelola oleh orang Turki. Alhamdulillah masih ada "kursi' untuk kami...jadi insya Allah kami bisa berangkat tahun ini. Sebagai "tanda jadi", kami harus membayar 1000 Euro per orang plus melengkapi persyaratan administrasi. Total biaya sisanya dilunasi sebulan sebelum keberangkatan (waktu itu total biaya belum diinformasikan).

Keberangkatan
Tanggal 12 Okt ba'da Shubuh, kami plus 5 koper diangkut oleh salah seorang teman kami di Leuven, dengan mobilnya menuju Leuven station. Dari Leuven station kami naik kereta menuju bandara Zaventem, Brussels. Perjalanan di pagi yang masih gelap itu hanya memakan waktu sekitar 20-an menit. Alhamdulillah, sesampainya di bandara, sekitar jam 7.30 CET, kami langsung menuju tempat berkumpulnya jama'ah haji Milli Gorus (MG). Di sana sudah hadir satu jama'ah haji Indonesia, yang juga satu rombongan dengan kami, beserta keluarganya. MG membagikan paspor (dg visa haji), buku kuning (buku vaksin), tiket, tanda pengenal, juga tanda untuk koper-koper kami (berbentuk pita-pita dan name card dg warna tertentu, agar mudah dikenali). Setelah itu kami melakukan check in. Alhamdulillah tidak ada kendala. Begitu juga ketika pemeriksaan dokumen saat akan masuk Gate dimana kita akan berpisah dg para pengantar. Senang rasanya ada beberapa teman di perantauan yang ikut mengantar. Saya langsung teringat peristiwa di tahun 1997, saat mengantar alm. Abah menunaikan ibadah haji. Kami dengan 3 mobil mengantar alm. Abah da almh. nenek. Saya lihat, begitu juga CJH yg lain, 1 orang CJH rata-rata di antar 2-3 mobil, atau bisa lebih. Hmm... begitulah suasana keberangkatan CJH di negeriku, lain lagi dengan di sini. Mungkin hanya keluarga dekat, itu pun yg ada keluarganya di sini. Saya beruntung, meski keluarga dekat sedang "jauh", tapi saya memiliki keluarga-keluarga "baru". Beberapa dari mereka pun turut mengantar. Subhanalloh-nya lagi...ada jg yang memberi "bekal makanan", mulai dari pisang goreng, banana cake, wingko dan keripik singkong. Lumayan juga untuk cemilan saat transit di Istanbul nanti. Alhamdulillah...

Brussels-Istanbul
Setelah menunggu sekitar 2 jam, tepat pukul 11.15 pesawat pun mulai mengudara. Alhamdulillah perjalanan udara lancar... Sesampainya di Istanbul, kami dipersilakan untuk rehat sejenak dengan sholat berjama'ah terlebih dahulu. Kita di Istanbul ini transit selama kurang lebih 3 jam. di sini pun, para CJH laki-laki berganti pakaian Ihram karena nantinya kita akan melakukan miqat dari atas pesawat. Saat berniat ihram berarti berlaku pula peraturan ihram.

Istanbul-Jeddah
Sekitar pukul 19.55 waktu Turki, pesawat mengudara menuju Jeddah. Pada saat lagi (setengah) terlelap, sayup-sayup terdengar suara. Ternyata suara salah seorang hodja kami yang menyebutkan bahwa tidak lama lagi kita akan melewati miqat. Dengan dibimbing Omar hodja, kami melafadzkan niat untuk umrah. "Labbaika allohumma umrotan". Sejak itu, di sepanjang perjalanan kami bertalbiyah (membaca "Labbaikallohumma labbaik. labbaikalaa syarii kala kalabbaik. innal hamda wanni'mata laka walmulk laa syariikalak). Lho koq niat umroh? mungkin sebagian ada yang belum tahu bahwa haji kami adalah haji tamattu', yang artinya umroh dulu baru haji. Tak terasa terkadang mata pun basah dan dada berdegub kencang, larut dalam suasana haru, syukur, tidak percaya atas nikmat ini dan ingin segera bertemu dengan baitullah. Kalau saya sendiri, teringat ummi yg belum berkesempatan menunaikan rukun Islam kelima, mudah-mudahan Allah memudahkan.

Jeddah-hotel di Mekkah
Sekitar tengah malam sampai di Jeddah. Setelah itu kita menjalani proses pemeriksaan dokumen yang berlapis-lapis dan berjam-jam. Alhamdulillah...meski lelah dan mulai disambut hawa "hangat", membayangkan Baitullah semakin dekat, wajah jadi tetap "sumringah".
Dari bandara Jeddah menuju hotel di mekah, kami mengendarai bus. Sholat Shubuh pun kami lakukan di tengah perjalanan, saat bus berhenti di sebuah masjid. Setelah itu bus lanjut lagi menuju tujuan kita.
Alhamdulillah, jam menunjukkan pukul 6.30 (tgl 13 Okt) waktu Saudi Arabia, saat kita sampai di hotel. Dengan disambut segelas zam-zam, kurma dan setangkai mawar serta alunan talbiyah, kami memasuki hotel yang akan kami tempati selama di Mekah. Alhamdulillah.....

Fiqih Haji (Bagian ke-5): Macam-Macam Haji: Ifrad, Qiran, Tamattu’

28/10/2011 | 01 Dhul-Hijjah 1432 H | Hits: 3.117
Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah

Kirim Print

Ilustrasi (inet)
dakwatuna.com -Disunnahkan bagi seorang muslim untuk menentukan jenis haji ini sewaktu ihram. Jika telah melakukan ihram tanpa menentukan satu dari tiga cara ini ihramnya sah, demikian juga hajinya jika melakukan satu dari tiga cara di atas. Diperbolehkan bagi orang yang telah berniat tamattu’ berpindah ke qiran, sebagaimana bagi ifrad pindah ke qiran, diperbolehkan pula bagi yang telah berniat qiran untuk berpindah ke ifrad sebelum thawaf. Dan berikut ini akan dijelaskan tiga macam cara itu dengan singkat.
A. Ifrad
Haji ifrad adalah orang yang berniat saat ihramnya hanya untuk haji saja. Ia mengucapkan (لبيكَ بحجٍ)  kemudian memasuki Mekah untuk thawaf qudum, dan terus ihram hingga datang waktu haji. Kemudian ia tunaikan manasik haji; wukuf di Arafah, mabit di Muzdallifah, melontar jumrah Aqabah, thawaf ifadhah, sa’iy antara Shafa Marwa, bermalam di Mina untuk melontar jumrah pada hari tasyriq. Kemudian setelah usai menunaikan seluruh manasik haji itu ia tahallul kedua, lalu keluar dari Mekah memulai ihram yang kedua dengan niat umrah, jika mau melaksanakan manasiknya.
Haji ifrad adalah manasik paling afdhal menurut Syafi’i dan Maliki karena dengan manasik ini tidak membayar dam. Dan kewajiban dam adalah untuk menambal kekurangan yang ada. Sebagaimana haji Rasulullah saw, menurut mereka adalah ifrad.
B. Tamattu’
Haji tamattu’ adalah haji dengan terlebih dahulu ihram untuk melaksanakan umrah dari miqat. Dengan mengucapkan (لبيك بعُمرة)  kemudian memasuki kota Mekah, menyempurnakan manasik umrah thawaf dan sa’i lalu memotong atau mencukur rambut, kemudian tahallul dari ihram. Halal baginya segala larangan ihram termasuk berhubungan suami istri. Ia dalam keadaan demikian sehingga dating tanggal 8 Dzulhijjah lalu ihram haji, melaksanakan manasiknya wukuf di Arafah, thawaf, sa’i dsb. Ia melaksanakan seluruh  manasik umrah, kemudian melaksanakan manasik haji dengan sempurna pula. Haji tamattu’ adalah cara paling afdhal menurut mazhab Hambali.
Syarat haji tamattu adalah memadukan umrah dan haji dalam satu perjalanan di satu musim (bulan) haji di tahun yang sama menurut jumhurul fuqaha’. Mazhab Hanafi menambahkan syarat lain yaitu: bukan penduduk Mekah, seperti dalam firman Allah:  “…. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. (QS. Al Baqarah: 196) dhamir (kata ganti) dalam kata ( ) menurut mazhab Hanafi kembali kepada tamattu’ umrah, sedangkan ulama lainnya mengembalikan dhamir ini kepada hadyu atau shiyam.
C. Qiran
Haji qiran adalah dengan berniat ketika ihram sekaligus haji dan umrah dengan mengucapkan: kemudian memasuki Mekah thawaf qudum, dan terus dalam keadaan ihram sehingga datang waktu melaksanakan manasik haji. Ia melaksanakan manasik itu dengan sempurna, wuquf di Arafah, melontar jumrah, thawaf ifadhah, sa’i antara Shafa dan Marwa serta manasik lainnya. Ia tidak berkewajiban thawaf dan sa’i lain untuk umrah, cukup dengan thawaf dan sa’i haji. Seperti yang pernah Rasulullah katakana kepada Aisyah RA: thawaf-mu di Ka’bah dan sa’i-mu antara Shafa dan Marwa sudah cukup untuk haji dan umrahmu” HR. Muslim.
Haji Qiran adalah haji yang paling afdhal menurut mazhab Hanafi.
Bagi orang menunaikan haji tamattu’ dan qiran wajib menyembelih hewan hadyu, minimal seekor kambing, dan jika tidak mampu bias diganti dengan puasa sepuluh hari: tiga hari di antaranya dilakukan pada waktu haji, (setelah memulainya dengan ihram)  dan yang afdhal pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, diperbolehkan pula puasanya pada hari tasyriq juga seperti dalam hadits Al Bukhari: Tidak ada rukhshah berpuasa di hari tasyriq kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan al hadyu. Jika puasa tiga hari lewat waktunya maka ia wajib mengqadha’nya. Dan tujuh hari lainnya ketika sudah kembali ke tanah air, tidak disyaratkan berkelanjutan puasa itu  kecuali pada tiga hari pertama.  Dan tujuh hari berikutnya tidak wajib  berurutan.
– Bersambung
(hdn)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/15772/fiqih-haji-bagian-ke-5-macam-macam-haji-ifrad-qiran-tamattu%e2%80%99/#ixzz2DGUNGiL5
A. Ifrad
Haji ifrad adalah orang yang berniat saat ihramnya hanya untuk haji saja. Ia mengucapkan (لبيكَ بحجٍ)  kemudian memasuki Mekah untuk thawaf qudum, dan terus ihram hingga datang waktu haji. Kemudian ia tunaikan manasik haji; wukuf di Arafah, mabit di Muzdallifah, melontar jumrah Aqabah, thawaf ifadhah, sa’iy antara Shafa Marwa, bermalam di Mina untuk melontar jumrah pada hari tasyriq. Kemudian setelah usai menunaikan seluruh manasik haji itu ia tahallul kedua, lalu keluar dari Mekah memulai ihram yang kedua dengan niat umrah, jika mau melaksanakan manasiknya.
Haji ifrad adalah manasik paling afdhal menurut Syafi’i dan Maliki karena dengan manasik ini tidak membayar dam. Dan kewajiban dam adalah untuk menambal kekurangan yang ada. Sebagaimana haji Rasulullah saw, menurut mereka adalah ifrad.
B. Tamattu’
Haji tamattu’ adalah haji dengan terlebih dahulu ihram untuk melaksanakan umrah dari miqat. Dengan mengucapkan (لبيك بعُمرة)  kemudian memasuki kota Mekah, menyempurnakan manasik umrah thawaf dan sa’i lalu memotong atau mencukur rambut, kemudian tahallul dari ihram. Halal baginya segala larangan ihram termasuk berhubungan suami istri. Ia dalam keadaan demikian sehingga dating tanggal 8 Dzulhijjah lalu ihram haji, melaksanakan manasiknya wukuf di Arafah, thawaf, sa’i dsb. Ia melaksanakan seluruh  manasik umrah, kemudian melaksanakan manasik haji dengan sempurna pula. Haji tamattu’ adalah cara paling afdhal menurut mazhab Hambali.
Syarat haji tamattu adalah memadukan umrah dan haji dalam satu perjalanan di satu musim (bulan) haji di tahun yang sama menurut jumhurul fuqaha’. Mazhab Hanafi menambahkan syarat lain yaitu: bukan penduduk Mekah, seperti dalam firman Allah:  “…. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. (QS. Al Baqarah: 196) dhamir (kata ganti) dalam kata ( ) menurut mazhab Hanafi kembali kepada tamattu’ umrah, sedangkan ulama lainnya mengembalikan dhamir ini kepada hadyu atau shiyam.
C. Qiran
Haji qiran adalah dengan berniat ketika ihram sekaligus haji dan umrah dengan mengucapkan: kemudian memasuki Mekah thawaf qudum, dan terus dalam keadaan ihram sehingga datang waktu melaksanakan manasik haji. Ia melaksanakan manasik itu dengan sempurna, wuquf di Arafah, melontar jumrah, thawaf ifadhah, sa’i antara Shafa dan Marwa serta manasik lainnya. Ia tidak berkewajiban thawaf dan sa’i lain untuk umrah, cukup dengan thawaf dan sa’i haji. Seperti yang pernah Rasulullah katakana kepada Aisyah RA: thawaf-mu di Ka’bah dan sa’i-mu antara Shafa dan Marwa sudah cukup untuk haji dan umrahmu” HR. Muslim.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/15772/fiqih-haji-bagian-ke-5-macam-macam-haji-ifrad-qiran-tamattu%e2%80%99/#ixzz2DGU4AuR3
A. Ifrad
Haji ifrad adalah orang yang berniat saat ihramnya hanya untuk haji saja. Ia mengucapkan (لبيكَ بحجٍ)  kemudian memasuki Mekah untuk thawaf qudum, dan terus ihram hingga datang waktu haji. Kemudian ia tunaikan manasik haji; wukuf di Arafah, mabit di Muzdallifah, melontar jumrah Aqabah, thawaf ifadhah, sa’iy antara Shafa Marwa, bermalam di Mina untuk melontar jumrah pada hari tasyriq. Kemudian setelah usai menunaikan seluruh manasik haji itu ia tahallul kedua, lalu keluar dari Mekah memulai ihram yang kedua dengan niat umrah, jika mau melaksanakan manasiknya.
Haji ifrad adalah manasik paling afdhal menurut Syafi’i dan Maliki karena dengan manasik ini tidak membayar dam. Dan kewajiban dam adalah untuk menambal kekurangan yang ada. Sebagaimana haji Rasulullah saw, menurut mereka adalah ifrad.
B. Tamattu’
Haji tamattu’ adalah haji dengan terlebih dahulu ihram untuk melaksanakan umrah dari miqat. Dengan mengucapkan (لبيك بعُمرة)  kemudian memasuki kota Mekah, menyempurnakan manasik umrah thawaf dan sa’i lalu memotong atau mencukur rambut, kemudian tahallul dari ihram. Halal baginya segala larangan ihram termasuk berhubungan suami istri. Ia dalam keadaan demikian sehingga dating tanggal 8 Dzulhijjah lalu ihram haji, melaksanakan manasiknya wukuf di Arafah, thawaf, sa’i dsb. Ia melaksanakan seluruh  manasik umrah, kemudian melaksanakan manasik haji dengan sempurna pula. Haji tamattu’ adalah cara paling afdhal menurut mazhab Hambali.
Syarat haji tamattu adalah memadukan umrah dan haji dalam satu perjalanan di satu musim (bulan) haji di tahun yang sama menurut jumhurul fuqaha’. Mazhab Hanafi menambahkan syarat lain yaitu: bukan penduduk Mekah, seperti dalam firman Allah:  “…. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. (QS. Al Baqarah: 196) dhamir (kata ganti) dalam kata ( ) menurut mazhab Hanafi kembali kepada tamattu’ umrah, sedangkan ulama lainnya mengembalikan dhamir ini kepada hadyu atau shiyam.
C. Qiran
Haji qiran adalah dengan berniat ketika ihram sekaligus haji dan umrah dengan mengucapkan: kemudian memasuki Mekah thawaf qudum, dan terus dalam keadaan ihram sehingga datang waktu melaksanakan manasik haji. Ia melaksanakan manasik itu dengan sempurna, wuquf di Arafah, melontar jumrah, thawaf ifadhah, sa’i antara Shafa dan Marwa serta manasik lainnya. Ia tidak berkewajiban thawaf dan sa’i lain untuk umrah, cukup dengan thawaf dan sa’i haji. Seperti yang pernah Rasulullah katakana kepada Aisyah RA: thawaf-mu di Ka’bah dan sa’i-mu antara Shafa dan Marwa sudah cukup untuk haji dan umrahmu” HR. Muslim.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/15772/fiqih-haji-bagian-ke-5-macam-macam-haji-ifrad-qiran-tamattu%e2%80%99/#ixzz2DGU4AuR3