Monday, February 4, 2013

Serba-Serbi Mekah



Setelah saya bercerita beberapa tempat-tempat ziarah di Mekah, ada beberapa hal-hal kecil yang ingin saya share juga :

1. Tempat Penukaran Uang
Pengalaman saya, saya menukar di hotel tempat tinggal (alhamdulillah rate-nya cukup tinggi). Selain itu, bisa juga tukar di beberapa money changer di pusat kota. Sebagian toko pun mau menerima Euro (bahkan kadang mendapat prioritas ^_^, karena nilainya yang cukup tinggi). So, ga ada masalah in syaa Allah terkait tukar-menukar uang ini.

2. Tempat Makan
Alhamdulillah selama haji kemarin, kami tidak terlalu ribet untuk urusan makanan karena Milli Gorus menyediakan 3 kali makan per hari di resto hotel. Hanya saja, saat dilanda rindu masakan Indonesia, barulah kami mencari resto yang menyajikan masakan Indonesia. Di antaranya adalah rumah makan bakso Marwa (sayangnya yang jual bukan orang Indo, tetapi orang India). Mereka menyediakan bakso, soto, dan tempe-tahu goreng. Selain tiu di area foodcourt (di shopping center yang ada di tower zam-zam) ada resto Tasnim, "sate", ... yang menyediakan aneka masakan Indonesia. *saya sempat ditraktir di resto Tasniem, alhamdulillah...masakannya cocok di lidah :-)* Saya juga sempat beli cemilan, semacam fish and chips, kebap. harganya pun lebih murah dibanding di sini. Apalagi, untuk jaga-jaga kemarin, saya juga membawa magic jar, indomie, dan makanan kering lainnya. So, alhamdulillah...tidak terlampau sulit mendapatkan makanan halal dan enak di sini.
Tapi kalau untuk makanan untuk bekal ke masjid (misal ingin seharian tinggal di masjid), saya biasa bawa yang simple, seperti roti, apel, kurma, dan muesli bar. Alhamdulillah bisa untuk "mengganjal perut", sehingga ibadah juga lancaar :-).
oh ya, untuk minum, bisa bawa botol kosong. misal ukuran 1 lt. Jadi tinggal diisi di galon-galon zam-zam yang tersedia dan ga perlu bolak-balik ambil.

3. Tempat Belanja
Berdasarkan informasi dari beberapa orang, oleh-oleh khas dari Madinah adalah kurma dan emas. Sedangkan pernak-pernik yang lain bisa didapatkan di Mekkah, seperti air zam-zam, siwak, celak, pacar, tasbih, baju dan lain sebagainya. Meski sebagian teman-teman juga cerita bahwa kualitas produk2 di madinah lebih bagus, dan harganya pun lebih bersaing (murah). Kalau menurut saya, asal kita pandai memilih dan menawar, in syaa Allah akan dapat barang yang bagus dengan harganya murah.
Adapun tempat belanja di Mekah cukup banyak dan variatif, mulai yang berbentuk pasar atau yang mall. beberapa pasar yang sempat saya kunjungi, di antaranya adalah kompleks Safa Tower (lokasinya di samping kanan zam-zam tower/clock tower, dan tepat di depan pintu "King Abdul Azis" Masjidil Haram). Untuk harganya pun sekali lagi tergantung hasil tawar-menawar (hampir semua barang di sini bisa ditawar!).

4. Sarana Komunikasi
Saat haji th 2012 kemarin, kami sudah diberi kartu telepon Saudi dengan privider "Mobily" oleh Milli Gorus. Provider ini memberi fasilitas yang lumayan OK, yaitu "telepon internasional dengan pulsa lokal". fasilitas ini, tadinya tidak sengaja saya tahu dari info di "bungkus" kartunya. Alhamdulillah, setelah mempraktekkan seperti yang disebutkan di situ, saya bisa berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia dengan lebih mudah dan murah. Fasilitas ini diperuntukkan untuk 2 nomor internasional yang kita daftarkan per nomor, dan pulsanya 0,55 sen riyal (sekitar 1300 rupiah).

5. Tips Aman
Berita tentang ketidak-nyamanan di public transportation di Arab Saudi cukup sering saya dengar, sebelum berangkat. Begitu pula dengan beberapa aksi penipuan yang dialami jama'ah. Yaa... memang dimana pun, selalu ada ancaman kejahatan, apalagi jika ada peluang. Dan, sebagai bentuk kewaspadaan tidak ada salahnya untuk lebih berhati-hati, misal :
- memakai pakaian yang syar'i / menutup aurat (dan tidak berhias yang mencolok)
- tidak memakai perhiasan yang mencolok
- tidak semua dokumen dibawa kemana-mana, bawa seperlunya dan simpan di tempat yang rapi dan aman.
- bawa catatan alamat dan no telepon penting (jika tersesat atau ada musibah)
- tidak mudah percaya pada orang yang baru dikenal, sekalipun berpakaian petugas misalnya. Tetap waspada.
- hati-hati dengan barang bawaan
- jika belanja kemudian akan sholat di Masjidil haram, saya sarankan untuk menitipkan barang di loker-loker, istilahnya Sanaadiful Amaanat (Luggage Lockers), yang ada di sekitar masjidil Haram, karena biasanya kita dilarang masuk ke dalam masjid jika membawa barang terlalu banyak (khawatir mengganggu jama'ah yang lain), saat kita sholat (kemungkinan) barang kita tidak terjaga dengan baik (kemungkinan diambil orang, dsb) atau membuat kita ga konsentrasi beribadahnya. Maka sebaiknya dititipkan saja ...ada 2 ukuran loker, kecil dan besar. Untuk loker yang ukuran kecil, biaya sewanya sekitar 5 riyal untuk 5 jam pertama, kelebihan jam berikutnya dikenai biaya 1 riyal per jam, plus jaminan 50 riyal (sebagai jaminan kunci yang diberikan pada kita).
- bagi muslimah, usahakan tidak bepergian sendirian (lebih aman jika bersama rombongan/setidaknya dengan mahramnya)
- jika naik ke kendaraan umum, misal taksi/mobil omprengan, biasakan laki-laki masuk terlebih dahulu baru wanita. Sebaliknya, jika turun kendaraan umum, biasakan wanita terlebih dahulu baru laki-laki.

6. Tips Sehat
Perbedaan cuaca, kepadatan aktivitas, kurang istirahat kadangkala menjadi penyebab kondisi badan yang kurang fit. Padahal, ibadah haji adalah ibadah yang merupakan ibadah fisik, dalam arti membutuhkan kondisi tubuh yang prima. Untuk itu, kita bisa memperhatikan hal-hal kecil, seperti :
- Minum air putih dalam jumlah yang cukup agar tidak dehidrasi --> saya menyarankan minum air putih biasa, pilih galon air zam-zam yang bertuliskan "NOT COLD". karena untuk air zam-zam yang dingin, kita tidak tahu air apa yang digunakan untuk membuat es batu yang dimasukkan di air zam-zam. Sebagian orang juga menganjurkan untuk membeli air mineral kemasan, agar kebersihannya lebih terjamin.
- makan makanan yang bergizi dan bersih
- Banyak makan buah-buahan
- istirahat yang cukup, jangan sampai karena di forsir untuk beribadah terus menerus beberapa hari, hari kemudianya "drop". Jadi aturlah waktu seefisien mungkin, optimalkan ibadah dengan tetap memperhatikan kondisi tubuh.
- Gunakan topi/payung, masker, kaca mata saat di luar ruangan (saat cuaca terik).
- Gunakan lipgloss dan pelembab kulit jika keluar rumah

7. Tips Beribadah yang Nyaman
Tujuan utama kita pergi haji adalah ibadah, jadi kita harus memperhatikan betul-betul "kenyamanan" dalam beribadah. Jangan sampai karena kelalaian kita, kita tidak bisa beribadah dengan nyaman.
- Saat tawaf --> gunakan sepatu tipis/kaos kaki tambahan yang biasa dijual di pasar/toko-toko sekitar Masjidil Haram.
- Bawalah baju dan pakaian sholat secukupnya --> jangan sampai memakai pakaian yang sudah kotor/berhari-hari karena belum dicuci karena tidak ada gantinya, karena selain dapat membuat ketidak-nyamanan kita dalam beribadah, dapat juga mempengaruhi kenyamanan orang yang berada di sekitar kita.
- Saat i'tikaf --> sebagian orang memilih untuk beri'tikaf di masjidil Haram. Mereka ada yang membeli kursi yang ada sandarannya, sehingga bisa membuat lebih "betah" duduk di masjid sambil berdzikir atau tilawah.
- Saat bepergian bersama rombongan --> upayakan untuk tidak terpisah dari rombongan. kalaupun Anda akan memisahkan diri sebentar, maka pastikan Anda  tahu jalan keluar (hafalkan nomor pintu tempat masuk Masjidil haram).
- Saat akan masuk masjid --> hati-hati jika membawa kamera, karena biasanya ada pemeriksaan dimana para Askar tersebut tidak memperbolekan masuk jika kita ketahuan membawa kamera.

wallohu a'lam bish showab

Semoga bermanfaat

Sunday, February 3, 2013

Masjid Aisyah, di Tan'im


Masjid Aisyah ini terletak di Tan'im, sekitar 7 km dari Masjidil Haram. Dari informasi yang saya dapat, masjid ini disebut Masjid Aisyah karena pada saat haji wada', tahun 9 Hijriyah, Aisyah binti Abu Bakar ra, istri Rasulullah SAW, tidak bisa melaksanakan umrah bersama-sama karena sedang udzur. Jabir mengatakan, “Begitu suci, Aisyah melaporkan kepada Rasulullah SAW. hendak mengerjakan thawaf.” Kata Aisyah, “Anda semua telah mengerjakan umrah dan haji, sedangkan aku baru mengerjakan hajinya saja.” Lalu Rasulullah memerintahkan Abdurrahman bin Abu Bakar (saudara laki-laki Siti Aisyah) untuk mengantarkan ke Tan’im guna melaksankan umrah, yakni setelah mengerjakan haji pada bulan Dzul Hijjah.” Jadi, di tempat inilah Aisyah ra melaksanakan miqat untuk umrahnya.

Tan’im adalah salah satu tempat miqat umrah bagi penduduk Makkah dan para mukimin (orang-orang yang bermukim di Makkah). Mengambil miqot dari Ta’im setiap hendak umrah , ini berlaku bagi setiap orang yang tinggal di Makkah,  baik untuk sementara ataupun menetap. Tan’im juga menjadi salah satu miqat umrah di antara beberapa miqat yang ada. Ini disebabkan karena tempatnya dekat dan transportasi lebih mudah dijangkau. Disamping itu ada teks yang sharih. Mazdhab Imam Syafi’i mendahulukan Ji’ronah, di dalam kitab “al-Idoh Fi Manasiki al-Hajj” disebutkan “Lebih utama bagi orang yang berada di tanah Halal, miqotnya dari al-Ji’ranah, karena Nabi berumrah darinya. Kemudian Tan’im, karena sesungguhnya Nabi memerintahkan Aisyah RA. agar berumrah darinya. Kemudian al-Hudaibiyah, karena sesungguhnya Nabi ketika akan memasuki kota Makkah untuk berumrah, beliau memulai darinya.” Syekh al-Fasi mengatakan, “ Ji’ranah adalah tempat miqot paling tepat bagi penduduk Makkah, menginggat Nabi pernah berihram dari tempat ini.” Imam Malik, Imam Syfi’i serta Ibnu Hambal berpendapat sama.

Untuk mencapai masjid ini, ada berbagai pilihan kendaraan umum, yaitu taksi, bus atau mobil omprengan (colt). untuk taksi jelas biayanya agak mahal (dan harus diperhatikan betul safety-nya. saya sendiri lebih "sreg" naik public transport yang jumlah penumpangnya banyak), bus @2 riyal, atau mobil omprengan @3-5 riyal (tergantung tawar-menawar).


batas Al Haram

Jabal Rahmah (Arafah)



Jabal Rahmah ini terletak di Padang Arafah. Jabal Rahmah ini adalah tempat bertemunya nabi Adam as dengan Hawa, setelah berpisah bertahun-tahun lamanya. Sebagai kenangan, ada tugu batu di puncaknya.

Mengenai di mana Adam AS diturunkan oleh Allah SWT di bumi, terdapat banyak riwayat, antara lain:
1. Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim yang diterima dari Abdullah bin Umar, disebutkan bahwa Adam AS diturunkan Allah SWT di bumi tepatnya di bukit Shafa dan Siti Hawa diturunkan di Bukit Marwa. Dalam riwayat lain yang juga dari Ibnu Abi Hatim yang diterima dari Abdullah bin Umar, disebutkan bahwa Adam AS diturunkan di antara negeri Makkah dan Thaif.
2. Menurut riwayat Ibnu Asakir yang diterima dari Abdullah bin Abbas, dikatakan bahwa Adam AS diturunkan di Hindustan (India) dan Siti Hawa diturunkan di Jeddah. Hal ini pulalah menjadi sebab bagi penamaan kota Jiddah/Jeddah. Arti Jiddah adalah nenek perempuan.
3. Riwayat lain yang tidak dijelaskan siapa nama periwayatnya mengatakan, bahwa Nabi Adam AS diturunkan oleh Allah SWT bukan di Hindustan dan bukan pula di Makkah, tetapi di pulau Serendib.
Syekh Jusuf Tajjul Khalwati dalam surat-suratnya yang dikirim dari Sailan (Ceylon) kepada murid- muridnya di Makasar dan Banten pada akhir abad ke-17 M, sebelum ia dipindahkan ke Afrika Selatan, selalu menyebutkan bahwa dirinya bersyukur karena di pulau pengasingan ini—pulau Serendib—tempat turunnya nenek moyang kita Nabi Adam. Ia masih dapat beribadah kepada Allah SWT. Maka Syekh Jusuf dengan demikian memegang pendapat yang umum pada waktu itu, bahwa pulau Serendib ialah pulau Ceylon yang terletak di Sri Lanka.
Tetapi dalam penyelidikan ahli- ahli terakhir menunjukkan bukti- bukti pula bahwa pulau Serendib bukanlah Ceylon, melainkan pulau Sumatera. Sebab, nama Serendib adalah bahasa Sanskerta yang di­tulis dengan huruf Arab. Aslinya adalah pulau Swarna-Dwipa, nama pulau Sumatera di zaman dahulu, sebagaimana juga Jawa-Dwipa nama bagi pulau Jawa.
4. Riwayat lain mengatakan bahwa Adam AS diturunkan di India (Hindustan), sedangkan Siti Hawa di Irak.

Riwayat yang paling umum, lokasi di mana Adam AS dan Siti Hawa dipertemukan oleh Allah SWT di Arafah, tepatnya di Jabal Rahmah, diabadikan oleh keturunannya sampai saat ini. Pertemuan antara Nabi Adam dan Siti Hawa di bukit batu tandus ini (Jabal Rahmah) yang penuh rasa haru dan kasih sayang ini pulalah yang melatarbelakangi penamaan bukit tersebut dengan Jabal Rahmah (Bukit Kasih Sayang). Sewaktu musim haji, banyak jamaah haji yang menyempatkan diri untuk naik ke bukit ini di sela-sela pelaksanaan ibadah wukufnya di Padang Arafah.

Menurut satu riwayat dikatakan bahwa Jabal Rahmah juga menjadi tempat wahyu yang terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu ketika beliau sedang melakukan wukuf. Wahyu yang terakhir yang dibacakan Rasulullah kepada jamaahnya tersebut adalah surah Al-Maidah ayat 3. “Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Sumber: Ensiklopedi Haji dan Umrah oleh Drs Ikhwan M.Ag dan Drs Abdul Halim M.Ag)
Sebelum saya pergi haji, saya sering mendapat oleh-oleh cerita akan praktek yg ga bener di sini, seperti menuliskan namanya, menempelkan fotonya, menempelkan foto kekasihnya, berdo'a di tugu di Jabal rahmah ini karena konon dengan tujuan agar pernikahannya langgeng, berjodoh dengan kekasihnya, dan sebagainya. Daaaan... saya melihatnya sendiri sekarang. meski sudah ada askar yang berjaga di sekitar tugu, sudah ada tulisan2 semacam "poster peringatan" agar tidak melakukan praktek-praktek serupa, tetap saja ada orang-orang yang melakukannya. Sedih rasanya, mengapa mereka melakukan itu? bukankah "ini" tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah? Sepertinya memang perlu dipahami dengan baik, agar kita tidak terjebak dengan praktek-praktek, yang mungkin malah merusak aqidah kita. naudzubillahi min dzaalik.


Jabal Tsur (Gua Tsur)



Gunung tertinggi di kota mekkah ini terletak sekitar 5 km dari pusat kota Mekkah. Gunung ini memiliki beberapa puncak, dan Gua Tsur terletak di salah satu puncaknya.

Kali pertama kami ke sini, kami hanya di bawah (tidak mendaki), kemudian Amin hodja memberikan beberapa penjelasan yang terkait dengan Jabal Tsur. Alhamdulillah kami sudah pernah membaca siroh nabawiyah sebelumnya. Sehingga begitu pertama kali ditunjukkan gunungnya, pikiranku pun langsung melesat membayangkan Rasulullah SAW dan sahabatnya, Abu Bakar Ash Shiddiq ra, lari dari kejaran kafir Quraisy, lalu mendaki dan berlindung di Gua Tsur selama tiga hari tiga malam. Mataku pun basah... Bersyukur sekali sudah membaca ini, karena kalau tidak, kami pasti seperti tourist saja. Sementara ziarah ini adalah juga wisata ruhani, yang harapannya semakin meningkatkan keimanan dan juga kecintaan kita pada Allah dan rasul-Nya. So, buat yang akan berangkat haji (atau umrah), satu persiapan yang sebaiknya juga dikerjakan adalah MEMBACA SIROH.

Kembali tentang jabal Tsur, dalam siroh dikisahkan bahwa Rasulullah merencanakan untuk berhijrah atau keluar dari mekkah menuju Madinah bersama salah seorang sahabatnya, yakni Abu Bakar ra. Dengan segala perencanaan dan strategi yang cukup matang, mulai dari pemilihan waktu, rute hijrah dan ada orang yang ditunjuk untuk penghapus jejak, Rasulullah melakukan perjalanan ini. Namun, sekali lagi strategi manusia saja tidaklah cukup, pertolongan Allah yang maha Sempurna lah pamungkasnya. Mulai dari pertolongan Allah dengan "menidurkan" orang-orang kafir yang mengepung rumah Rasulullah, sehingga mereka tidak menyadari kepergian rasulullah. Juga saat persembunyian rasulullah di Gua Tsur nyaris ditemukan. Peristiwa ini terjadi pada tahun 622 M. Dengan pertolongan Allah SWT orang kafir yang mengejar Rasulullah terkecoh ketika berada didepan gua mereka menemukan pintu gua dimana Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi ditutupi sarang laba-laba dan burung merpati yang sedang bertelur atas izin Allah SWT. Hingga mereka berfikir tidak mungkin Rasulullah masuk ke gua tersebut, sebab jika masuk sarang laba-laba dan sarang burung merpati yang sedang bertelur pasti akan rusak. Peristiwa ini diabadikan oleh Allah SWT dalam surat At Taubah ayat 40 yang artinya : “Bila kamu tidak mau menolong Rasul, maka Allah SWT telah menjamin melongnya ketika orang - orang kafir mengusirnya berdua dengan sahabatnya. Ketika keduanya berada dalam gua, dia berkata kepada sahabatnya ‘janganlah engkau berdukacita, karena Allah SWT bersama kita’. Lalu Allah SWT menurunkan ketenangan hati kepada (Muhammad) dan membantunya dengan pasukan-pasukan yang tiada tampak olehmu. Dijadikan-Nya kepercayaan orang-orang kafir paling rendah dan agama Allah SWT mnenduduki tempat teratas, Allah SWT Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Pada kesempatan kedua, alhamdulillah kami berkesempatan mendaki Jabal Tsur hingga puncaknya, yakni Gua Tsur. Satu kesempatan yang kutunggu-tunggu. Mengapa? Dalam siroh yang pernah saya baca, dikisahkan bahwa ketika Rasulullah dan Abu Bakar ra bermalam di Gua Tsur selama tiga hari tiga malam, Asma' binti Abu bakar selalu datang untuk menghantarkan makanan. Ada yang menyebutkan bahwa Asma' pada waktu itu sedang dalam kondisi hamil tua. Masya Allah... setelah terengah-engah untuk mendaki gunung ini selama kurang lebih 1,5 jam (termasuk beberapa kali sempat berhenti sejenak untuk istirahat dan sesi pemotretan..hehe), saya bisa menyimpulkan bahwa shohabiyah yang satu ini memang luar biasa. Bukan saja iman dan cintanya pada Rasulullah yang luar biasa, tetapi juga kondisi fisiknya. Saya yakin kondisi medan menuju Gua Tsur, tidaklah seenak sekarang --sudah ada patok-patok/batu-batu yang tertata rapi meski masih berpasir--, pasti jauuh lebih sulit. Allohu Akbar!

Selama pendakian, ada satu hal yang agak memprihatinkan yaitu "kotor", karena sampah dan coretan-coretan. Saya berpikir, seandainya masing-masing peziarah memiliki pemahaman bahwa mencintai kebersihan itu sebagian dari iman, maka saya yakin tidak akan seperti ini. Bahkan tidak juga membuang sampah-sampah kecil, apalagi yang besar. Semoga bisa dilakukan pembersihan dan kita semua menjaganya. tentang coretan, saya juga tak habis pikir, mengapa mereka menuliskan namanya di batu-batu itu. Mulai yang tulisannya kecil imoet-imoet, sampai yang besar dan tampak jelaaas terbaca. mungkin semuanya ingin mengatakan, "I was here" atau apalah. Subhanalloh...pikiran yang sempit jika hanya untuk itu, mereka rela mengotori kecantikan gunung bersejarah ini. Mungkin, pengelola atau pemerintah setempat perlu menyediakan buku tamu atau buku untuk menulis kesan pesan??!? **ide kreatif yang muncul dari saya :-) **



wallohu a'lam bish showab

Saturday, February 2, 2013

Jabal Nur (Gua Hira)



Siang itu, ba'da dhuhur, kami berkumpul di hotel untuk berziarah ke beebrapa tempat. Akan tetapi karena lokasinya agak jauh, demi efisiensi waktu dan tenaga, kami akan berangkat dengan bus.

Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Jabal Nur, yang di "puncaknya" terdapat Gua Hira. Sesampainya di lokasi, kami tidak mendaki sampai atas (sampai Gua Hira).

Di sini kami diberikan penjelasan oleh Amin hodja. Meski mungkin sebagiannya sudah kami ketahui, tetap saja...mendengar cerita perjuangan atau kisah hidup sosok yang mulia SAW, membuat buku kuduk berdiri, hati bergetar dan embun-embun di sudut mata. termasuk ketika Amin hodja menjelaskan tentang bagaimana kebiasaan rasulullah untuk ber-khalwat (menyepi dan bertafakkur) di Gua Hira. Bagaimana beliau menerima wahyu. Ya Allah... betapa beliau orang yang kuat, kuat secara jasmani dan rohani. Allohumma sholli wasallim 'alaih. Dikisahkan, setiap hari, beliau bolak-balik naik turun gunung, untuk beribadah kemudian kembali lagi ke keluarganya. dan itu tidak hanya satu atau dua hari, tetapi berbulan-bulan, beliau rutin mengerjakannya. Belum lagi ketika menerima wahyu yang pertama, surat Al Alaq ayat 1-5. Saat beliau pulang ke rumah dalam keadaan ketakutan, bersyukur sosok sang istri, ummul mukminin Khadijah ra, menenangkan beliau dengan berkata, “Demi Allah, tidak akan terjadi apa-apa. Allah tidak akan membuatmu hina, karena engkau selalu menyambung sanak kerabat, menolong fakir miskin, menghormati tamu dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah”.

Masjid Aqabah



Masjid Aqabah terletak di kompleks jamarat di Mina. Sebagian menyebutkan nama masjid ini adalah Masjid Baiat. Di sinilah tempat berlangsungnya baiat Aqabah pertama dan kedua.

Masjid yang sederhana dan berukuran kecil ini sepertinya memang tidak sebanding dengan kegagahan gedung jamarat, yang kini dibuat lima lantai. Ya memang... masjid ini adalah bagian dari situs sejarah. Bangunan yang berukuran 25m x 15m ini tak beratap dan berlantai.

Waktu itu, kami berjalan kaki dari hotel menuju lokasi jamarat dan emlewati masjid Aqabah ini. Kebetulan hotel kami (hotel kami di daerah Aziziah Shisha) lumayan dekat, kurang dr 1 km, dengan lokasi jamarat. Kami pun diminta untuk menghafal rute dari hotel ke lokasi jamarat. Agar nanti jika sewaktu-waktu akan melempar jumrah /kembali dari jumrah (meski kemungkinan kita akan terus bersama-sama rombongan). Untuk mengantisipasi adanya penumpukan jama'ah/kepadatan yang berlebihan di lokasi jamarat, dibuat jadwal per negara. Bagi yang "ketahuan" nakal atau tidak mengikuti jadwal, maka biro hajinya akan mendapat hukuman, yaitu di-black list dari biro yang boleh mengelola haji selama 3 tahun. Nah, atas dasar itu, Milli Gorus -biro haji yang saya ikuti- mewanti-wanti kami agar mengikuti jadwal dengan rombongan.
Akan tetapi, buat kami (saya dan suami, khususnya), mengetahui rute hotel-jamarat cukup penting, karena kemungkinan kami tidak selalu ikut jadwal rombongan MG-Belgia. Kami berencana mabit di Mina, dimana sebagian besar jamaah MG-Belgia tidak melakukannya. Jadi kemungkinan kami akan ikut jadwal MG Frankfurt atau Belanda yang sebagian besar dari mereka bermalam di Mina juga, jadi kami bisa berangkat bersama (apalagi kompleks tenda kami juga sama).

tulisan ttg masjid ini bisa juga dibaca di sini atau di sini.