Sunday, March 24, 2013

U.M.R.A.H

sumber gambar : dari sini

 Dan sempurnakanlah ibadah haji haji dan umrah karena Allah. (QS. Al Baqarah: 196)

Pengertian Umrah
Umrah adalah berkunjung ke baitullah, dengan melakukan tawaf, sa'i dan bercukur demi mengharap ridla Allah.

Hukum Umrah
Hukum umrah wajib sekali seumur hidup. Umrah dilakukan dengan berihram dari miqat, kemudian tawaf, sa'i dan diakhiri dengan tahallul umrah (memotong rambut/bercukur), dan dilaksanakan dengan berurutan (tertib). Umrah terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Umrah Wajib
- Umrah yang dilakukan pertama kali, disebut juga Umratul Islam.
- Umrah yang dilaksanakan karena nazar.
2. Umrah sunnah adalah umrah yang dilaksanakan setelah umrah wajib, baik yang kedua kali dan seterusnya, dan bukan karena nazar.

Waktu Umrah
Umrah dapat dilaksanakan kapan saja. Hanya ada beberapa waktu yang dimakruhkan yaitu pada saat jama'ah haji wukuf di Arafah, hari nahar (10 Dzulhijjah) dan hari tasyriq.

Syarat, Rukun dan Wajib Umrah
Syarat Umrah:
1. Islam
2. baligh (dewasa)
3. Aqil (berakal sehat)
4. Merdeka (bukan hamba sahaya)
5. Istitha'ah (mampu)
Bila tidak terpenuhi syarat ini, maka gugurlah kewajiban umrah seseorang.

Rukun Umrah:
1. Ihram (niat)
Sebelum berihram, dianjurkan mandi, memotong kuku, kumis, membersihkan bulu ketiak dan bulu kemaluan, dan memakai wewangian. Setelah itu memakai pakaian ihram (untuk laki-laki : dua lapis kain putih tak berjahit, dan untuk wanita : pakaian muslimah yang menutup aurat kecuali muka dan telapak tangan).

Contoh Pakaian Ihram
sumber : koleksi pribadi

Jika saat mendekati miqat maka mulailah ihram dan ucapkan niat : Labbaika 'umrotan. Sejak itu dianjurkan membaca talbiyah selama perjalanan sampai ke Mekah. Membacanya hukumnya sunnah muakkadah, baik bagi laki-laki dan wanita. Bagi laki-laki disunnahkan untuk mengeraskan suara talbiyah, sedang bagi wanita tidak.
Bacaan talbiyah : labbaikallohumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda wanni' mata laka walmulk laa syariika laka.
Selama berihram, kita dilarang untuk : mencabut rambut/memotong kuku, memakai wewangian, merusak tanaman/menebang pohon, berburu binatang, mengambil barang temuan (kecuali untuk diumumkan), melamar perempuan/aqad nikah, bersetubuh, memakai kaos tangan dan menutupi wajah dengan cadar (untuk wanita, kecuali di hadapan lelaki asing), menutupi kepalanya dengan peci/topi/imamah/dsb (untuk laki-laki), memakai pakaian yang berjahit (untuk laki-laki). Yang diperbolehkan adalah memakai jam tangan, sandal, cincin, kaca mata, ikat pinggang, berteduh dengan payung, atau membalut luka dengan perban.

2. Thawaf
Saat jamaah sudah tiba di Mekah, dianjurkan untuk mandi kemudian segera menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan umrah. Saat tiba di Masjidil Haram, masuklah dengan kaki kanan danbacalah do'a. Kemudian menuju area Thawaf. Thawaf adalah mengelilingi Ka'bah selama 7 putaran (dengan Ka'bah berada di sebelah kiri dan berjalan berlawanan arah jarum jam), dan di awali (juga diakhiri) dari Hajar Aswad (ada lampu hijau). Bagi laki-laki, hendaknya kain ihram yang menutupi bahu kanan dibuka dan dijepit di bawah ketiak.

sumber gambar : dari sini


Yang harus diperhatikan selama thawaf adalah, berusahalah untuk khusyu dengan berdzikir dan berdo'a, juga menjaga wudlu dan janganlah menyakiti orang lain (mendorong, mendesak, dsb). Bacaan do'a yang dianjurkan dibaca saat sampai di Rukun Yamani hingga Hajar Aswad adalah do'a sapu jagad/do'a selamat dunia akhirat (QS AL Baqarah 201).
Usai thawaf, hendaknya menutup kembali bahu kanannya (untuk laki-laki), kemudian sholat sunnah dua raka'at di belakang (atau searah) Maqom Ibrahim as, kemudian minum air zam-zam yang tersedia di dekat situ.

3. Sa'i
Usai melaksanakan rangkaian thawaf, hendaknya langsung keluar menuju bukit Shofa untuk melaksanakan sa'i tujuh kali (berakhir di Marwah). Shofa-Marwah dihitung satu kali, begitu pula Marwah-Shofa dihitung satu kali.Setiap mendekati bukit shofa, bacalah : Inna shofa walmarwata min sya'aa irillah. Kemudian naik ke bukit shofa, berhenti dan menghadap kiblat/ka'bah, baca pujian dan do'a pada Allah. Kemudian berjalan menuju bukit Marwah sambil berdo'a. Bila sampai di tanda bewarna hijau, hendaknya lari-lari kecil (untuk laki-laki). Saat sampai di bukit Marwah, hendaknya menghadap kiblat kemudian berdo'a.
Berbeda dengan thawaf, selama mengerjakan sa'i ini tidak dipersyaratkan dalam keaadaan suci.

sumber gambar : dari sini
"Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui." (QS Al Baqarah 158)
Sabda Rasulullah SAW, " Kerjakanlah Sa'i karena Alloh SWT mewajibkan Sa'i kepada kalian"        (HR. Ibnu Majah, Ahmad dan Imam Syafi'i)

4. Bercukur
Setelah rangkaian thawaf dan sa'i usai, maka hendaknya segera memotong rambut kepalanya, boleh juga mencukur habis (untuk wanita, cukup memotong rambutnya sepanjang ujung jari saja).

sumber gambar : dari sini


Dengan demikian, selesailah rangkaian ibadah umrah dan kita boleh melepas pakaian ihram (berarti berakhir pula larangan-larangan selama ihram).

5. Tertib (melaksanakan ketentuan manasik sesuai aturan yang ada)
Rukun umrah tidak dapat ditinggalkan. Bila tidak terpenuhi, maka umrahnya tidak sah

Wajib Umrah adalah berihram dari miqat apabila dilanggar maka ibadah umrahnya tetap sah, tetapi harus membayar dam (denda).

Miqat makani untuk umrah ini tergantung arah kedatangannya, yakni Dzul Hulaifah/Bir Ali (miqatnya penduduk Madinah, dsk), Al Juhfah (miqatnya penduduk Syam, Maghribi, Mesir, dsk), Qornul Manazil (miqatnya penduduk Najed, dsk), Yalamlam (miqatnya penduduk Yaman, dsk), dan Dzat 'Irqin (miqatnya penduduk 'Iraq, dsk). Untuk jama'ah umrah (atau haji) dari Belgia, biasanya kita bermiqat saat di atas pesawat. Oleh karena itu biasanya kita dianjurkan sudah memakai pakaian ihram sejak dari bandara. Jika kita ingin berumrah lagi saat kita sudah berada di Mekah, maka pilihan miqatnya adalah di Ji'ranah, Tan'im, Hudaibiyah, dan tanah halal lainnya. Pada umumnya, jama'ah memilih bermiqat dari Masjid Aisyah di Tan'im.

Wallohu a'lam bish showab

sumber: buku Bimbingan Manasik Haji (DEPAG RI, 2008) dan Petunjuk Bagi Jama'ah Haji dan Umroh.

Masjid Al Jum'ah


Masjid ini diberi nama Masjid Al Jum'ah karena di tempat inilah Rasulullah beserta para sahabat pertama kalinya melaksanakan ibadah sholat Jum'at di Madinah. Pada waktu itu, Rasulullah beserta para sahabat melakukan perjalanan hijrahnya ke Madinah. Mereka meninggalkan Quba, masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah di Madinah, menjelang siang hari. Akhirnya, saat tiba waktu sholat Jum'at, Rasulullah mengajak para sahabatnya untuk melaksanakan sholat di area ini.

Masjid ini berada di sebelah utara masjid Quba. Kami sendiri "bertemu" dengan masjid ini di tengah perjalanan (berjalan kaki) dari Masjid Nabawi menuju Masjid Quba.

Wallohu a'lam bish showab

Saturday, March 23, 2013

Masjid Quba'


Masjid Quba adalah masjid yang pertama didirikan oleh Nabi Muhammad SAW saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Masjid Quba terletak sekitar 2,3 km arah selatan Masjid Nabawi, dan terletak di dekat perkebunan kurma. Dahulunya area masjid Quba adalah rumah Kaltsum ibn al Hidam, dari Bani Amru ibn Auf Ibn Malik ibn Al Aus. Pendirian Masjid Quba  diabadikan dalam Surat At Taubah:108.

Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW selama di Madinah setiap hari Sabtu sering mendatangi Masjid Quba, baik berjalan kaki maupun dengan menunggang unta, kemudian sholat 2 raka’at disana. Masjid Quba selalu ramai didatangi oleh jamah Haji atau jamaah Umrah untuk berziarah, utamanya pada hari Sabtu. Salah satu keistimewaan dari Masjid Quba adalah bahwa Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa telah bersuci di rumahnya (berwudhu), kemudian mendatangi Masjid Quba lalu sholat 2 raka’at, maka baginya sama dengan pahala umrah ” (Sunan Ibn Majah, no 1412).

 keutamaan Masjid Quba

Alhamdulillah, bersama beberapa jama'ah MG kami berkesempatan untuk ke Masjid Quba dua kali, pertama kalinya dengan mengendarai bus dan yang kedua dengan berjalan kaki.


Saat kami akan melakukan perjalanan ke masjid Quba, kami berkumpul di masjid Nabawi terlebih dahulu. Bersama rombongan, kami berjalan dari masjid Nabawi (melalui pintu gerbang 6C), lalu ke arah Masjid Umar dan selanjutnya tinggal mengikuti papan-papan arah menuju Masjid Quba' (dalam foto, tampak papan bewarna putih yang menunjukkan jalan ke Masjid Quba). Perjalanan dari Masjid Nabawi ke Masjid Quba' memakan waktu sekitar 45 menit. dalam perjalanan itu kami melewati beberapa pertokoan, kedai roti (kami sempat mampir dan mencicipi roti "raksasa"nya yang baru keluar dari oven tradisional...Alhamdulillah, enaaak), kebun kurma, dan juga melewati masjid Jum'ah.

Wallohu a'lam bish showab

Masjid Al Fath (area Khandaq)

berfoto di depan masjid Al Fath

Kami juga diajak berziarah ke sebuah area bersejarah, yang dulunya di sinilah terjadi perang Khandaq. Dalam siroh disebutkan bahwa Perang Khandaq, atau disebut Perang Ahzab atau Perang parit, adalah salah satu peperangan besar di zaman Nabi saw antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin pada tahun 5 H. Ketika itu, kaum muslimin hanya berjumlah 3000 orang, dan harus melawan pasukan kaum musyrikin yang berjumlah 10.000 orang. Kaum muslimin mengambil strategi bertahan di dalam kota Madinah, dengan membangun parit atas usulan Salman Al-Farisi ra di batas utara kota. Adapun sisi lain dari Madinah (selain bagian utara), telah dilindungi oleh gunung-gunung (hal ini bisa kami lihat dengan jelas saat melihat maket kota Madinah di Museum). Adapun kaum musyrikin merupakan pasukan gabungan antara kabilah Quraisy dan kabilah-kabilah musyrikin lainnya di jazirah Arab.

Ketuka disepakati strategi perang kali ini, maka dimulailah pekerjaan menggali parit. Umat Islam bersama Rasulullah saw mulai bekerja membuat parit secara bergotong royong dan saling membantu. Rasulullah saw begitu giat bekerja sehingga umat Islampun semangat melakukannya.

Namun saat itu, kaum munafiqin melakukan upaya untuk memperlambat pekerjaan, mereka kadang lamban bekerja, pergi lalu lalang kesana kemari tanpa tujuan yang jelas dan bahkan mereka sengaja pergi ke keluarga mereka tanpa sepengetahuan Rasulullah SAW. Selain itu, ada sebagian umat Islam yang jika terdesak untuk pulang maka dia memberikan wakil dari pekerjaannya dan meminta ijin kepada Rasulullah SAW agar dapat memenuhi hajatnya, dan jika selesai menunaikan hajatnya, mereka kembali lagi pada pekerjaan semula, karena berharap kebaikan di dalamnya dan keridhaan Allah. Dari peristiwa tersebut turunlah Firman Allah SWT, “Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka Itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS An-Nuur:62)

Merekapun mulai bekerja siang malam menggali parit itu. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut serta mencangkul, mengangkat pasir dan seterusnya. Demikian diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahihnya dari Al-Barra` ra: “Saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada peristiwa Khandaq sedang mengangkut tanah sampai tanah itu menutupi bulu dada beliau. Dan beliau adalah laki-laki yang lebat bulu dadanya. Ketika itu beliau melantunkan syair Abdullah bin Rawahah sambil menyaringkan suaranya: “Ya Allah kalau bukan karena Engkau niscaya kami tidak mendapat petunjuk Tidak bersedekah dan tidak pula shalat. Maka turunkanlah ketenangan atas kami. Dan kokohkan kaki kami ketika bertemu (musuh). Sesungguhnya musuh-musuh telah mendzalimi kami. Bila mereka menginginkan fitnah, tentu kami menolaknya

Begitulah hingga akhirnya, disebutkan dalam salah satu sumber setelah 9-10 hari, mereka mampu menyelesaiakan parit sepanjang 5,5 km, lebarnya 4,62 m, dan kedalamannya 3,23 m. Setelah peperangan berkecamuk hampir sebulan penuh, Allah menurunkan bantuannya dalam bentuk angin topan yang memporak-porandakan kemah musuh.

Di area ini, kini (sayangnya) sudah tidak ada lagi bekas "parit" bersejarah itu. Parit bersejarah itu sudah ditimbun dan kini jadi jalan raya. Yang tersisa adalah enam masjid, tapi lebih terkenal dengan Tujuh Masjid, yang tadinya tenda-tenda pertahanan (saat perang Khandaq) yang kemudian diberi nama sesuai dengan pimpinan di tenda-tenda tersebut, plus satu masjid yang disebut masjid Al Fath (Kemenangan) atau Masjid Jami' Khandaq, Ketujuh Masjid tersebut beradaa di sisi barat Gunung Sila', yakni Masjid Al Fath, Masjid Salman Al Farisi, Masjid Abu Bakar, Masjid Umar bin Khattab, Masjid Ali bin Abi Thalib, Masjid Utsman bin Affan dan Masjid Fatimah.

plang yang menjelaskan situs Perang Khandaq / Perang parit (7 masjid)

Masjid Salman Al Farisi

Dari peristiwa khandaq ini, banyak hikmah yang kita pelajari, di antaranya :
1. Bagaimana Islam sangat menghargai sebuah ide/pengetahuan, selama tidak bertentangan dengan syariat --> Dicontohkan ketika Rasulullah menerima pendapat Salman Al Farisi yang mengusulkan strategi pertahanan dengan parit.
2. Bagaimana Islam mengajarkan kerja sama dan pola kepemimpinan yang benar  --> Dicontohkan ketika rasulullah bersama kaum muslimin bekerja sama untuk membuat parit, sekalipun posisi Rasulullah pada waktu itu adalah Pemimpin tertinggi kaum muslimin. Beliau SAW tidak hanya sekedar memerintah, tetapi juga ikut serta/terjun langsung.
3. .... (in syaa Allah masih banyak hikmah yang lain yang bisa diambil)

Wallohu a'lam bish showab

Masjid Qiblatain


Masjid ini diberi nama Qiblatain karena masjid ini memiliki dua kiblat.  
Diriwayatkan suatu ketika di bulan Rajab tahun 2 H, Rasulullah SAW sedang sholat di masjid ini (dulu namanya masjid Bani Salamah) dengan menghadap Baitul Maqdis di Palestina, kemudian beliau mendapat wahyu (QS Al Baqarah 144), yang berisi perintah memindahkan kiblat ke Masjidil Haram di Mekah.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 144, Allah berfirman, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allahnya dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”.

Begitu menerima wahyu tersebut, Rasulullah SAW yang saat itu sedang sholat, langsung berpindah 180 derajat, diikuti oleh semua jamaah untuk melanjutkan shalat dhuhur dengan menghadap Masjidil Haram. Sejak saat itu, kiblat umat muslim berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina (menghadap ke utara dari Madinah), menuju Masjidil Haram (menghadap arah selatan dari Madinah).


Wallohu a'lam bish showab

Bukit Uhud






berfoto dari atas bukit para pemanah dan membelakangi makam para syuhada uhud dan 
bukit Uhud (tempat Rasulullah dan sebagian pasukan yang lain bersiaga)

Dalam siroh, kita pasti pernah membaca kisah sebuah perang yang terjadi di tahun ke-3 Hijriyah, yakni perang Uhud. Peperangan yang mengakibatkan banyak syuhada di kalangan muslimin, bahkan mengalami kekalahan. 





Inilah bukit dimana pasukan pemanah bersiaga menghadang pasukan kafir Quraisy yang datang dari Mekah.

Diriwayatkan, ketika akhirnya musuh dapat membobol pertahanan kaum muslimin, yakni pasukan pemanah, akhirnya berkobarlah pertempuran sengit. Musuh pun mencari dan mengejar Rasulullah. Kemudian Rasulullah dan beberapa pasukan yang selamat bersembunyi (gua tersebut ditunjukkan dengan lingkaran berwarna merah muda pada foto).





Peperangan ini membawa banyak korban di kalangan kaum muslimin. Tercatat ada 70 syuhada, termasuk salah satu pembela Islam di garda depan yang sekaligus paman Rasulullah SAW, 
yakni Hamzah bin Abdul Mutholib ra. Di tempat inilah sebagian besar syuhada Uhud dimakamkan.

Bersyukur kami berkesempatan untuk melihat lokasi dimana Rasulullah beserta kaum muslimin berperang melawan kafir Quraisy. Tak sekedar melihat, tetapi juga mencoba merasakan situasinya pada waktu itu (sambil membayangkan gambaran dari siroh yang pernah saya baca), hati pun ikut berdebar dan hanyut dalam suasana syahdu. Amin hodja pun turut memberikan penjelasan tentang perang Uhud dan hikmahnya.

Adapun hikmah yang sempat saya ingat dari uraian beliau adalah:

1. Kita diingatkan kembali tentang kewajiban taat kepada pimpinan, selama perintahnya tidak bertentangan dengan syariat. Dalam peristiwa Uhud, digambarkan betapa kekacauan yang timbul di saat pasukan pemanah tidak mematuhi perintah rasulullah agar mereka tetap berada di bukit (bukit pemanah).

2. Jangan sampai kita tergoda pada "dunia". Jagalah harta abadi yang akan kita bawa hingga di akhirat, yakni agama dan keluarga (termasuk anak). jangan sampai kita menyesal di belakang hari karena kurang "bekal" dan juga tidak mampu mendidik keluarga untuk mengenal Rabb-nya. Perhatikan betul pendidikan anak kita. Jika kita sudah mampu memahami Islam dengan baik, bagaimana dengan anak-anak kita? mengingat tantangan yang dihadapi anak-anak kita semakin beragam. Dalam peristiwa Uhud, digambarkan bagaimana akibat yang dialami oleh pasukan muslim saat sebagian pasukannya "tergoda" pada harta benda.

3. Hendaknya kita menghargai pendapat orang lain. Diriwayatkan, saat akan memutuskan berangkat perang ke Uhud atau tidak, Rasulullah bertanya pada kaum muslimin, dari kalangan muda maupun kalangan tua. Pada akhirnya Rasulullah menyetujui pendapat kaum muda, yakni berangkat perang. Dalm hal ini, Rasulullah menekankan pada logika, sekalipun Beliau SAW mengatahui mana yang terbaik atas izin Allah.

4. Ada 3 sahabat yang kerap diceritakan berkaitan dengan peristiwa Uhud yang juga bisa kita teladani, yaitu:
a. Hamzah ra : Beliau adalah paman rasulullah SAW yang akhirnya syahid setelah berjihad dan menjadi pembela Rasul di garda depan. Kematian beliau mengakibatkan duka yang cukup mendalam bagi kaum muslimin, khususnya rasulullah SAW.

b. Mus'ab bin Umair ra : Beliau adalah duta besar pertama yang diutus oleh Rasulullah berdakwah di Madinah. Diriwayatkan beliau berjuang mati-matian dalam perang ini. Bahkan beliau juga memakai jubah rasulullah (tanpa sepengetahuan Rasulullah) sambil membawa bendera panji Islam. Sampai kemudian orang akfir memburunya, menebas kedua tangan dan kakinya. Allah pun menurunkan malaikat yang diserupakan dengan Mus'ab dan dialah yang kemudian memberitahukan bahwa Mus'ab sudah syahid.

c. Nusaibah binti Ka'ab ra atau Ummu Imarah : Beliau adalah salah seorang wanita yang telah turut serta bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang ingin berbai’at kepada Rasulullah S.A.W. Dalam bai’at Aqabah yang kedua itu, dia bersama dengan suaminya Zaid Bin Ahsim dan dua orang puteranya Hubaib (yang telah dibunuh oleh Musailamah setelah itu) dan Abdullah (perawi hadith wuduk) telah membuat janji setia kepada Rasulullah S.A.W.Beliau ini juga dikenal sebagai muslimah yang tangguh dan pemberani. Dia turut serta dalam Perang Uhud, Perjanjian Hudaibiyah, Umrah Qadha’, Perang Hunain, dan Perang Yamamah. Diriwayatkan, dalam perang uhud ini pada awalnya beliau ingin ikut sebagai pasukan. tetapi kemudian Rasulullah memerintahkannya menjadi tenaga medis, merawat pasukan yang terluka, rasulullah pun membesarkan hatinya bahwa ia akan mendapat pahala jihad juga. Singkat cerita, ketika peperangan berkecamuk dan semakin memanas, pasukan musuh semakin beringas dalam memburu Rasulullah. Hingga akhirnya Rasulullah pun sampai terluka. Melihat sosok yang beliau cintai terluka, Nusaibah pun akhirnya ikut maju menjadi pelindung Rasulullah, berbekal dengan senjata pisau yang dimilikinya. Melihat keberanian Nusaibah, Rasulullah tersenyum dan mendo'akannya. Bahkan sekalipun ketika dia terluka dan salah seorang anaknya datang disuruh rasulullah untuk merawat lukanya, dia sudah tidak peduli lagi. Dia hanya mementingkan keselamatan Rasulullah SAW. Nusaibah pulang dari perang Uhud dengan 12 tusukan di tubuhnya, dan 1 luka yang sangat parah di bahunya. Atas keberaniannya yang luar biasa itu, Rasulullah berkata kepadanya, “Semoga Allah memberkahi kamu sekeluarga.” Lalu Nusaibah meminta kepada Rasulullah mendoakannya agar dapat bersama-sama masuk surga dengan anggota-anggota keluarga yang syahid pada waktu itu. “Ya Allah, jadikanlah mereka ini sebagai teman-temanku di surga kelak,” demikianlah do'a Rasulullah untuk Nusaibah dan keluarganya. Subhanallah... sedemikian besar pengorbanan yang dilakukan oleh Nusaibah, yang ingin menjadi "tetangga" Rasulullah di surga. Bagaimana dengan kita?? Kita yang memimpikan bisa masuk surga, bisa bertemu dengan Rasulullah atau diakui menjadi salah satu umatnya. Sudahkah kita melakukan sesuatu yang luar biasa dalam menunjukkan kecintaan kita pada Rasulullah? Astaghfirullahal adziim... maluuu pada Nusaibah :'( Yuuk...kita mulai mengenal pribadi beliau SAW dan menghidupkan sunnah-sunnahnya.



Wallohu a'lam bish showab

Pemakaman Baqi'



Aisyah mengatakan bahwa, ketika malam gilirannya, Rasulullah pergi di akhir malam menuju Baqi’ 
dan berkata, “Semoga keselamatan tercurah pada kalian, wahai penghuni rumah kaum mukmin. Kami dan kalian akan bertemu esok hari (hari Kiamat), dan sebagian dari kita akan mengharapkan syafaat dari sebagian yang lain. Insya Allah, kami akan menyusul kalian. 
Ya Allah, ampunilah penghuni Baqi’ Al-Gharqad.” (Sunan As sughra, An-Nasa’i).

Baqi’ adalah nama suatu komplek pemakaman di dalam wilayah Kota Madinah yang terletak di sebelah timur Masjid Nabawi atau jika kita berdiri menghadap arah kiblat, maka Baqi' terletak tepat di sebelah kiri kita. Pintu masuknya terletak di dekat pintu gerbang luar masjid No 36A.

Dalam bahasa Arab, Baqi’ berarti tanah yang luas dan ditumbuhi oleh pepohonan. Tanah ini terdiri dari tanah lembut dan tidak berbatu, sehingga cocok untuk dijadikan sebagai pekuburan.

Sejak zaman jahiliyah, Baqi’ telah berfungsi sebagai tempat pemakaman jenazah penduduk Madinah (Yatsrib). Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, tempat itu pun tetap dijadikan sebagai pemakaman umum penduduk Madinah, baik bagi orang Islam maupun Yahudi sampai saat ini. Jamaah haji yang meninggal dunia di Madinah pun dimakamkan di pekuburan Baqi’ ini. Kabarnya pun, areall pemakaman ini sempat mengalami perluasan.

Areal pemakaman Baqi’ sangat terkenal di kalangan kaum Muslimin dan sering diziarahi, terutama oleh jamaah haji dan umrah yang sempat berkunjung ke sana. Hal ini karena di pemakaman tersebut dimakamkan sekitar 10.000 orang sahabat dan keluarga Nabi Muhammad SAW.


Di antara para sahabat utama yang dimakamkan di sini ialah Utsman bin Affan ra (khalifah yang ketiga), Abbas bin Abdul Muthalib ra (paman Nabi Muhammad SAW), Abdurrahman bin Auf ra, Sa'ad bin Abi Waqas ra, dan sebagian dari syuhada yang gugur pada perang  Uhud.





 Dari foto di atas, tampak perbedaan batu nisannya, ada yang berupa batu kotak atau batu yang tak berbentuk. Hal ini hanya untuk membedakan antara makam syuhada Uhud (batu nisan kotak) dan makam biasa (batu nisan abstrak).


Ada juga makam Halimatus Sa’diyah ra, wanita yang menyusui Rasulullah SAW dan Shafiyah ra, bibi Rasulullah. Makam salah satu imam madzhab (ahli fiqih), Imam Malik ra, juga berada di sini.

Sedangkan di antara keluarga Nabi yang dimakamkan di sini ialah para istri Nabi seperti Aisyah binti Abu Bakar ra, Ummu Salamah ra, Ummu Habibah ra, Juwairiyah ra, Zainab binti Huzaimah ra, Hafsah binti Umar bin Khathab ra, Shafiyah ra, Saudah binti Zam'ah ra dan Mariyah Al-Qibthiyah ra. Putra-putri Nabi Muhammad SAW juga dimakamkan di sini, yaitu: Ibrahim ra, Zainab ra, Ummu Kultsum ra, Fatimah ra dan juga cucu Nabi, Hasan bin Ali ra.

Melihat banyaknya keluarga Rasulullah (ahlul bait) yang dimakamkan di sini, tidak aneh orang-orang penganut Syiah sering didapati berziarah ke sini. Sayangnya, kini muslimah dilarang masuk untuk berziarah ke pemakaman Baqi'. menurut cerita yang saya dengar dari Amin hodja, pemerintah Saudi memiliki alasan tersendiri. Sebelumnya, muslimah diperbolehkan untuk masuk ke lokasi, tetapi ada sebuah kejadian yang kurang baik (peziarah wanita -yang katanya dari Iran- tidak dapat mengontrol emosinya, meratap, histeris, dsb). Sehingga akhirnya muslimah hanya diperbolehkan berziarah dan berdo'a di pemakaman Baqi' dari luar pagar.

Oleh karena banyaknya para sahabat, syuhada dan keluarga Nabi SAW yang dimakamkan di sini, maka berziarah ke tempat itu menjadi salah satu kegiatan yang dianjurkan bagi jamaah haji dan umat Islam lainnya (yang sedang berkunjung ke Madinah). Manfaatnya, antara lain untuk mengingat dan meneladani perjuangan mereka serta mendoakan bagi keselamatan dan kesejahteraan mereka.

Menurut riwayat yang diterima dari Abi Syaibah dan diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW setiap awal tahun selalu melakukan ziarah ke pemakaman Baqi’. Setiap berziarah ke sana, beliau mengunjungi makam para syuhada Badar dan Uhud. Dan di situ beliau membaca doa, “As-salamu’alaikum bima shabartum, fani’ma uqba ad-dar. (artinya : Kesejahteraan atas kalian semua atas kesabaran kalian menghadapi peperangan, sesungguhnya surga itu sebaik-baik tempat kembali).” Mengingat keistimewaan pemakaman baqi, yang juga disebut Jannatul Baqi, tidak sedikit dari ulama yang berasal dari luar Madinah, di saat sudah berusia lanjut, mereka memilih tinggal atau menetap di madinah. Dengan harapan, ketika mereka meninggal, mereka akan dimakamkan di Baqi.

wallohu a'lam bish showab


Tuesday, March 12, 2013

Museum Madinah

Ketika sampai di Madinah, kami mendapat jadwal kegiatan selama di Madinah. Ada kegiatan yang menarik... mengunjungi Museum Madinah. Terbayang di benak saya, seperti apakah Museumnya? Apakah seperti museum ala Indo (yang dulu, tampak kurang menarik) ataukah seperti di Eropa (yang cenderung mengemas hal-hal sederhana dengan "wah")? Dan mengapa juga pelaksanaannya terpisah untuk bapak-bapak dan ibu-ibu-nya? Bukan karena apa sih, lebih karena "penerjemah" NL kami adalah bapak-bapak..hehe. Berarti harus cari penerjemah yang lain :-) Hmm.. tebak-tebak buah manggis deeeh... :-)

Pada hari ketiga di Madinah, kami diajak mengunjungi Museum Madinah.Bersama dengan teman-teman muslimah yang lain, kami berjalan kaki dari Masjid Nabawi. Dari pintu gerbang no  37C lurus saja, menyeberang, lalu belok kiri dan belok kanan (semoga ga bingung yaa..). Lalu sampailah kami di sebuah gedung yang bentuknya cukup cantik.

ini nih bentuk gedung-nya, yang saya bilang cantik :-)

Pemimpin rombongan kami mengajak masuk ke gedung ini. Hmm...apakah ini gedung Museumnya? Tapi koq ga ada tulisan Museum-nya ya? yang saya ingat, salah satu plang alias papan nama (di foto tampak plang yang berwarna hijau) yang ada di sana bertuliskan "Saudi Arabian Airlines". Setelah masuk, dugaan saya salah, gedung ini adalah mall. Beraneka toko-toko di dalamnya. What?!#@ Bukannya kita mau ke Museum ya? Oke, kita ikuti saja.

Kemudian kita naik lift menuju lantai 2. Setelah itu berjalan ke arah kiri. Melewati 1-2 toko, sebuah tempat sholat (salah satu kios yang dikosongkan dan digelar karpet-karpet), saya melihat di sisi temboknya ada kertas putih bertuliskan "MUZEYE" (muzeye = museum dalam bahasa Turki).


Setelah itu, mengikuti arah panah saja, sampai menemukan Gapura yang ber-desain ala "benteng pertahanan" dan bertuliskan "Taiba Civilization".


Museum-nya akan kita temui tak jauh dari situ, di sebelah kanan deretan kios-kios yang ada. Ciri khasnya adalah di dinding bagian luarnya terdapat poster-poster tentang sejarah Islam. Temboknya penuuuuh..dengan berbagai poster, seperti tentang Perjalanan hijrahnya rasulullah ke Madinah, Perang Badar, Sejarah kota Madinah, dan lain sebagainya.


Nah begitu masuk, kita langsung melihat aneka souvenir, hiasan dinding, buku (dalam beberapa bahasa, termasuk Turki, Inggris, dan Indonesia), Al Qur'an, CD, dan pernak-pernik lainnya yang dijual. Jadi, bagian depan ini adalah toko yang menjual pernak-pernik khas Madinah (juga Mekah). Saya pun membeli sebuah buku tentang masjid-masjid bersejarah di Mekah dan Madinah (Historical Mosques in Makkah and medinah, The Past and Present) dan sebuah VCD tentang Mekah dan Madinah (yang saya jadikan oleh-oleh untuk keluarga di Indonesia, karena itu saya pilih VCD yang berbahasa Indonesia).

Setelah melewati toko, barulah kita masuk ke sebuah ruangan, tidak besar sih..mungkin tidak lebih dari 5 x 7 m. Ruangan inilah yang berfungsi sebagai "museum". Tadinya, saya berfikir bahwa Museum yang akan kami kunjungi adalah museum yang dikelola oleh Pemerintah Saudi Arabia. ternyata tidak, (mini) museum ini dibuat berdasarkan riset yang dilakukan oleh sebuah lembaga, yaitu Taiba foundation. Lembaga ini konon katanya berpusat di Turki, dan memang dikelola oleh orang Turki.

'Ala kulli hal, museum yang tidak besar ini menyimpan banyak hal yang berharga, yaitu SEJARAH ISLAM (khususnya tentang Madinah sebelum Islam datang dan sesudah Islam datang). Saya bersyukur berkesempatan untuk singgah ke sini. Di sini kami dijelaskan tentang kondisi Madinah dahulu dan sekarang (penjelasannya juga melalui maket-maket yang ada, poster, foto-foto, dan data-data hasil riset). Subhanalloh... serasa dibawa terbang ke masa saat Rasulullah masih hidup, kemudian dibawa ke masa kekhalifahan turki Utsmani, dan masa kini.

maket rumah Aisyah ra (dengan skala 1:6)

Satu hal yang membuat saya cukup terkesan adalah saat ditunjukkan maket masjid nabawi, juga rumah istri-istri Rasulullah SAW, termasuk Aisyah ra. Saat melihat maket tempat tinggal Aisyah ra yang juga ditinggali oleh Rasulullah, saya merasakan dengan aura kesederhanaan dan kezuhudan kehidupan Rasulullah, sang Pemimpin umat Islam pada waktu itu. Semoga kita semua bisa meneladaninya...


Wallohu a'lam bish showab



Sunday, March 10, 2013

Pasar Kurma


"KURMA" di Madinah ini sudah terkenal di mana-mana. Bahkan menduduki peringkat pertama oleh-oleh yang diburu oleh peziarah. Rasanya yang enak, jenisnya yang bermacam-macam, harganya yang bervariasi dan khasiatnya yang mantap membuat saya pun tertarik membelinya.

Pada hari ketiga kami di Madinah, kami berkunjung ke Pasar Kurma yang tak jauh dari Masjid Nabawi. Dari Masjid Nabawi kami keluar melalui gerbang no 6A. Kemudian lurus saja dan agak belok sedikit ke kiri, tampaklah deretan toko-toko yang menjual beraneka jenis kurma. Setelah deretan toko itu, barulah tampak "Pasar Kurma". Sekedar informasi, dari arah gerbang 6A tadi jika lurus saja kita bisa menemui Masjid Umar bin Khattab (di sebelah kanan jalan).

Kondisi pasar kurma ini mirip pasar tradisional yang ada di Indonesia. Di sana terdapat banyak toko yang menjual beraneka makanan khas "Tanah Suci". So, tidak hanya KURMA sebenarnya, ada aneka buah-buahan kering / manisan, kacang-kacangan (kacang arab, kacang pistaches, kacang almond, dsb), dan sebagainya.

Masya Allah...ketika ke sini, saya baru tahu ternyata kurma itu buanyaaak sekali jenisnya. Khasiatnya pun luar biasa...

sumber gambar : dari sini

Saat masuk ke dalam pasar, jujur saja saya bingung...mau di beli apa? di toko yang mana? yang murah dan kualitasnya bagus yang mana? *sambil tolah-toleh dan melempar pandangan ke sekeliling* Tapi perasaan itu tak lama, karena sebelum ke sini tadi, kami sudah di-briefing bahwa kami nanti ga usah bingung, tinggal mengikuti Amin hodja saja. Karena beliau sudah punya "kenalan" di sana. Apa pentingnya? ternyata ada pengalaman buruk dari yang lain, yang kadang dicurangin oleh penjualnya, seperti harganya kemahalan atau kualitasnya tidak bagus. Akhirnya beliau mengajak kami ke KIOS nomor 6 dan 26, kedua kios inilah yang sudah menjadi langganan MG karena kualitasnya yang cukup terjaga. Kami pun juga dipersilakan ke kios yang lain, tidak harus ke kedua kios itu, namun beliau mengingatkan juga agar memeriksa barang yang dibeli dengan baik. Oh ya, satu hal yang menyenangkan adalah kami dipersilakan icip-icip...hehe

Setelah mencicipi beraneka jenis kurma...bismillah, akhirnya pun saya memutuskan membeli beberapa jenis kurma, yaitu : kurma Ajwa, kurma mabroom, dan kurma isi kacang almond. Hmm... total semuanya sekitar 5 kg-an lah. Tidak banyak kan? apalagi saya sudah punya 5 kotak kurma Ruthab sukkari, oleh-oleh dari Gus Lukman saat kami pamit meninggalkan Mekah menuju Madinah. Cukup laah... Jangan dibandingkan dengan teman-teman kami di rombongan MG ini. Mereka beli berkardus-kardus kurma :-). Ketika melihat setiap orang rata-rata membeli setidaknya 1-2 kardus besar, saya bisa memahami "pentingnya" saran tempat membelinya dimana. Apalagi ada juga teman serombongan yang sempat "tertipu". Jadi ceritanya, dia membeli 1 kardus di Mekah. Saat mencicipi, kurmanya enak dan bagus kualitasnya. Tetapi, kurma yang dia beli, kualitasnya tidak sebagus yang ia "cicipi". Bahkan kurma yang ada di dalam kardus itu, bagian atasnya tampak bagus-bagus, namun sebagian yang di bawahnya ada banyak yang sudah busuk. Wah...ternyata ada juga yang tidak jujur ya. Hati-hati ya temans...

Wallohu a'lam bish showab

Friday, March 8, 2013

Stasiun Kereta Api Hijaz dan Masjid Al Anbariyyah


Pada hari kedua kami di Madinah, kami diajak berziarah ke beberapa masjid bersejarah. Setelah itu kami diajak ke (bekas) Stasiun Kereta Api. Saya pun jadi berpikir, "mengapa kita dibawa ke sini?" Jujur saja, informasi yang saya dapat tentang stasiun ini sangat terbatas, hanya saya dapat dari buku yang diberi oleh MG dan berbahasa Turki pula. Jadilah sepanjang jalan saya bertanya-tanya dalam hati.

Lokasi Stasiun kereta api ini sekitar 1 km dari Masjid Nabawi. Stasiun kereta api inilah yang digunakan untuk mengangkut jamaah haji dari Turki ke Madinah pada abad pertengahan. Hal ini dioperasikan terutama untuk mengangkut peziarah Muslim dari ibukota Kekhalifahan Utsmaniyah di Turki ke kota-kota suci Mekkah dan Madinah. Stasiun kereta dengan arsitektur yang sama dengan ini pun ada di Istanbul (sepertinya saya perlu mengagendakan kunjungan ke Istanbul untuk membuktikan hal ini....:-) *dapat ide cemerlang*).

Amin hodja menceritakan bahwa pembangunan stasiun kereta api ini turut melibatkan (hampir) seluruh umat muslim di dunia. Stasiun kereta api di Madinah itu terkait dengan beberapa stasiun hingga Damaskus yang meliputi beberapa 1760 kilometer. kereta api ini dibangun oleh Sultan `Abd al-Hamid Kedua dan selesai pada tahun 1908. Ada sebagian orang yang pesimis bahwa proyek ini akan terwujud, tapi berkat keterlibatan seluruh umat Islam di berbagai pelosok dunia (khusunya mereka yang berada di bawah kekhalifahan Utsmaniyah), maka terkumpullah dana untuk menyelesaikan mega-proyek ini. Allohu Akbar!

Dalam pembangunannya pun ada satu hal yang menarik. Sebagian rel kereta yang terletak di Madinah diberi bantalan karet sehingga tidak menimbulkan suara yang berisik ketika kereta tiba di Madinah. Mengapa?? Alasannya adalah kecintaan mereka yang sangat besar kepada Rasulullah SAW. Mereka mengetahui bahwa di Madinah ada makam Nabi SAW. Oleh karena itu, mereka tidak ingin "mengganggu" Nabi SAW dengan suara kereta api yang berisik. Masya Allah...sampai sebegitunya mereka menghormati Rasulullah. Sejenak ingatanku melayang kepada apa yang baru saja kulihat saat mengunjungi masjid Abu Bakar, Ali dan Umar beberapa saat yang lalu. Di sekitar masjid-masjid tersebut, yang jelas lokasinya jauh lebih dekat dengan Masjid Nabawi, sedang dilakukan pembangunan hotel-hotel yang menurutku terlalu "mepet" dengan masjid. Bayangkan... Masjid Nabawi dikelilingi oleh hotel-hotel. Bagaimana saat mereka membangunnya? Bagaimana saat menggali pondasinya? Apakah mereka berfikir, Nabi SAW akan terganggu atau tidak? Hmm.. yaa, semoga apa yang terjadi membawa maslahat (meski sambil senyum kecut pada kebijakan pemerintah setempat yang kurang memperhatikan ruang terbuka di sekitar Masjid Nabawi). Selama perang dunia I, kereta api Hijaz dihancurkan oleh kampanye sabotase yang diluncurkan oleh Lawrence of Arabia, 10 tahun setelah pembukaannya.



Kini stasiun ini tidak beroperasi lagi karena Pemerintah Saudi telah menutupnya. Kini, katanya sedang dalam proses negoisasi dari pihak Turki agar stasiun ini boleh beroperasi kembali.

Di sebelah kanan dari Stasiun Kereta Api Hijaz, terdapat sebuah masjid yang cantik meski "mungil", namanya adalah Masjid Al Anbariyyah.


Wallohu a'lam bish showab

Sumber : dari buku Mekke Medine Kitabi (IGMG) dan ini.

Thursday, March 7, 2013

Masjid Utsman bin Affan

Masjid ini belum sempat kami kunjungi. Hanya saja Amin hodja, pemimpin rombongan MG belgia, menyampaikan bahwa masjid ini terletak tak jauh dari Masjid Umar bin Khattab, kini dipisahkan oleh bangunan hotel yang tinggi. Masjid Usman bin Affan terletak sebelah Utara Masjid Nabawi sekitar 300 meter dari Masjid Bilal. dari Masjid ini tinggal nyebrang ring road sudah sampai ke Pasar Kurma Madinah.

Menurut beberapa informasi, masjid ini tergolong masjid baru, jadi tidak dimasukkan ke dalam masjid yang bersejarah.

wallohu a'lam bish showab

Masjid Umar bin Khattab

sumber gambar : dari sini

Masjid ini terletak di sebelah selatan masjid Abu Bakar As Siddiq dan berjarak kurang lebih 200 meter. Dari Masjid Nabawi bisa dengan mudah mencapainya dengan mengambil jalan arah ke Pasar Kurma (masjidnya terletak di sebelah kanan jalan, sebelum Pasar Kurma). Saat kami berkunjung kemarin, masjid ini sedang dalam proses renovasi.

Ada dua versi certa tentang asal mula masjid ini. Versi yang pertama, dari cerita yang saya dengar dari Amin hodja, pemimpin rombongan MG Belgia. Beliau menyebutkan bahwa Masjid Umar bin Khattab ini didirikan di bekas rumah Umar bin Khattab ra, Beliau adalah sahabat sekaligus mertua Rasulullah (ayah dari Hafsah ra) dan khalifah kedua setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Adapun versi yang kedua, bersumber dari sebuah buku yang berjudul "Historical Mosques in Makkah and Medinah The Past and Present". Di buku ini disebutkan bahwa Masjid ini didirikan sebagai sarana mengingat tempat-tempat yang pernah digunakan oleh Rasulullah sebagai tempat sholat. Menurut riwayat, Rasulullah SAW pernah sholat Ied di tempat masjid ini didirikan. Begitu pula setelah Rasulullah SAW wafat, Umar bin Khattab ra pun melaksanakan sholat Ied di atas lahan tersebut (yang sekarang dibangun masjid).

Masjid ini dibangun oleh Syamsudin Muhammad bin Ahmad As Silawy sekitar th 850 H. Kemudian bangunan ini pernah direnovasi juga oleh khalifah Sultan mahmud Kedua (th 1254 H) dan putranya, Abdul majid pertama (th 1266 H). Sampai sekarang pun dalam perlindungan pemerintah Saudi. Masjid ini berbentuk persegi dan sisi-sisinya berukuran 8 meter. 

Wallohu a'lam bish showab

Masjid Ali bin Abi Thalib

sumber gambar : dari sini


Masjid Ali bin Abi Thalib terletak sekitar 300 m di sebelah barat laut dari masjid Al Ghamamah.
Ada dua versi certa tentang asal mula masjid ini. Versi yang pertama, dari cerita yang saya dengar dari Amin hodja, pemimpin rombongan MG Belgia. Beliau menyebutkan bahwa Masjid Ali bin Abi Thalib ini didirikan di bekas rumah Ali bin Abi Thalib ra, Beliau adalah sahabat, menantu sekaligus keponakan Rasulullah dan khalifah keempat setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Adapun versi yang kedua, bersumber dari sebuah buku yang berjudul "Historical Mosques in Makkah and Medinah The Past and Present". Di buku ini disebutkan bahwa Masjid ini didirikan sebagai sarana mengingat tempat-tempat yang pernah digunakan oleh Rasulullah sebagai tempat sholat. Menurut riwayat, Rasulullah SAW pernah sholat Ied di tempat masjid ini didirikan. Setelah Rasulullah wafat, Ali bin Abi Thalib ra pun melaksanakan sholat Ied di atas lahan tersebut (yang sekarang dibangun masjid).

Masjid ini pertama kali dibangun di masa Umar bin Abdul Azis sekitar th 80-an H, kemudian terjadi renovasi dan pembangunan kembali, yang terakhir dilaksanakan pada tahun 1990 M. Masjid ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran 31 m x 22 m.

Satu hal yang agak menyedihkan adalah, di sekeliling masjid ini sudah penuh dengan gedung-gedung menjulang, khas bangunan sebuah hotel. Terlalu padat, kesannya. Apalagi masjid ini pun jadi tampak "mungil".

Wallohu a'lam bish showab

Masjid Abu Bakar As Siddiq



Masjid Abu Bakar As Siddiq terletak berdekatan dengan masjid Al Ghamamah (ada yang menyebutkan kurang dari 50 meter jaraknya), atau sekitar 300 meter arah barat daya dari mesjid  Nabawi dan tidak sampai 30 meter dari Masjid Ali bin Abi Thalib ra.

Ada dua versi certa tentang asal mula masjid ini. Versi yang pertama, dari cerita yang saya dengar dari Amin hodja, pemimpin rombongan MG Belgia. Beliau menyebutkan bahwa Masjid Abu Bakar As Siddiq ini didirikan di bekas rumah Abu Bakar Siddiq ra, Beliau adalah sahabat terdekat yang sekaligus mertua Rasulullah (ayahanda dari Aisyah ra) dan khalifah pertama setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Adapun versi yang kedua, bersumber dari sebuah buku yang berjudul "Historical Mosques in Makkah and Medinah The Past and Present". Di buku ini disebutkan bahwa Masjid ini didirikan sebagai sarana mengingat tempat-tempat yang pernah digunakan oleh Rasulullah sebagai tempat sholat. Menurut riwayat, Rasulullah SAW pernah sholat Ied di tempat masjid ini didirikan. Begitu pula di masa kekhalifahan Abu Bakar ra, beliau juga melaksanakan sholat Ied di atas lahan tersebut (yang sekarang dibangun masjid).

Awalnya tempat ini hanya berupa tanah lapang, pada tahun 80-an H dibangunlah sebuah masjid oleh Khalifah Umar ibn Abdul Aziz untuk mengenang kejadian tersebut. Bangunan masjid ini dibangun kembali di masa Utsmaniyah oleh Sultan Mahmud kedua (1254 H), dan pemerintah Saudi pun hingga kini sempat melakukan beberapa kali renovasi.

Masjid ini berbentuk persegi, di mana setiap sisinya berukuran 9 meter. Masjid ini dibangun dengan batuan basal hitam dan interiornya dicat warna putih. Halaman masjid ini berukuran 13 m x 6 m. Minaretnya yang berada di sudut timur ini memiliki tinggi 15 m.

Wallohu a'lam bish showab


Masjid Al Ghamamah (Awan)



Masjid ini terletak tidak jauh dari Masjid Nabawi, tepatnya 350 m di sebelah barat daya Masjid Nabawi. Untuk menuju masjid Al Ghamamah, kami berkumpul di pintu gerbang no 6C. Dari situ kami melewati sebuah pasar "krempyeng" yang tidak terlalu besar, kemudian tampaklah masjidnya.

Masjid ini diberi nama Al Ghamamah, yang berarti awan. Ada dua versi mengapa masjid ini diberi nama Masjid Al Ghamamah. Versi yang pertama, dari cerita yang saya dengar dari Amin hodja, pemimpin rombongan MG Belgia. Beliau menyebutkan bahwa alasan pemberian nama ini adalah karena di sinilah tempat mangkal-nya awan yang biasa menaungi Rasulullah. Seperti yang kita ketahui dalam siroh, bahwa setiap kali Rasulullah bepergian, maka ada awan yang menaungi beliau. Dan jika beliau sedang berada di rumahnya, maka awan itu berhenti di sini. Ketika Rasulullah wafat, awan itu pun tidak ada lagi. Maka untuk mengingat hal tersebut, dibangunlah sebuah masjid di zaman Umar bin Abdul Azis. 

Adapun versi yang kedua, bersumber dari sebuah buku yang berjudul "Historical Mosques in Makkah and Medinah The Past and Present". Di buku ini disebutkan ada sebuah riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah sholat ‘Ied disini. Pada saat itu Allah memerintahkan awan untuk menaungi Rasulullah dan jama'ah dari teriknya matahari. Awalnya tempat ini hanya berupa tanah lapang, pada tahun 80-an H dibangunlah sebuah masjid oleh Khalifah Umar ibn Abdul Aziz untuk mengenang kejadian tersebut. Bangunan masjid ini dibangun kembali di masa Utsmaniyah oleh Sultan Abdul Majid (1275 H), dan pemerintah Saudi pun hingga kini sempat melakukan beberapa kali renovasi.

Wallohu a'lam bish showab


Tips Mengunjungi Raudhah untuk Muslimah

Rasulullah SAW bersabda, “Antara rumahku dengan mimbarku adalah Raudhah (taman) di antara taman-taman surga” (HR. Bukhari no. 1196)
sumber gambar : dari sini

Ada beberapa tips yang ingin saya bagi, berdasarkan pengalaman saya sendiri saat mengunjungi Raudhah di musim haji tahun lalu :

1. Ketahui jadwal Raudhah untuk muslimah.

Berbeda dengan jama'ah laki-laki, Raudhah tidak selalu dibuka sepanjang hari untuk para Muslimah. Muslimah hanya diperbolehkan masuk di tiga waktu : Ba'da Shubuh (sampai kira-kira jam 11.00 siang / sebelum Dhuhur), Ba'da Dhuhur (sampai kira-kira jam 14.30 sore / sebelum Ashar), dan Ba'da Isya (sampai kira-kira jam 23.00 malam). Sebagian orang mengatakan kalau jam malam (Ba'da Isya) itu relatif sepi (saya hanya mencobanya sekali sih, dan total lama mengantrinya sekitar satu jam baru bisa mendapat giliran ke Raudhah). Silakan saja dipilih waktu yang paling pas dengan aktivitas kita masing-masing. Kalau saya sendiri, sebisa mungkin mengupayakan sekali sehari (mumpung diberi kesempatan ke Tanah Suci.. :-)) dan seringnya saya mengambil jam siang (Ba'da Dhuhur). Pertimbangannya, hampir setiap hari ada agenda ziarah bersama rombongan MG di pagi hari dan malam hari diupayakan tidak tidur terlalu larut agar bisa bangun lebih awal.

2. Ketahui lokasi berkumpulnya atau pintu masuknya.

Lokasi dari Raudhah ini berada di shaf laki-laki, jadi masih agak panjang perjalannya dari shaf perempuan. Untuk jama'ah muslimah, pintu Masjid menuju raudhah adalah pintu nomor 25 atau 29. Jadi, jika memutuskan akan masuk raudhah, upayakan untuk sholatnya di dekat area pintu tersebut. Misal, ingin masuk Raudhah ba'da Shubuh, maka upayakan sholat shubuh di masjid dengan masuk melalui pintu 25 atau 29.
Sebelum mendapat giliran masuk ke area Raudhah, setidaknya kita akan menjalani tiga kali antrian (based on my own experience). 
Antrian yang PERTAMA, lokasinya di area tempat sholat yang masuknya dari pintu 25 atau 29. Di sini kita dikelompokkan berdasarkan asal negara. Kita tinggal melihat papan nama negara yang dibawa oleh pada asykar muslimah, atau bertanya pada mereka. Setelah itu, kita duduk untuk menunggu giliran dibukanya "pintu masuk" untuk rombongan kita. Tidak perlu ikut berlarian untuk masuk jika kita belum dipersilakan untuk masuk. 
Untuk antrian ini, upayakan jangan sampai tertinggal. Karena pengalaman di hari pertama saya di Madinah, rombongan MG berniat ke Raudhah siang hari ba'da Dhuhur. Saat itu kami berkumpul jam 13.00 di pintu luar no 25 (bukan di dalam masjid). Setelah saling tunggu beberapa anggota yang lain, barulah sekitar pukul 13.30 kami masuk ke dalam masjid. dan ternyata "pintu masuk" sudah tertutup. Meski mungkin mereka yang sudah masuk di dalam itu belum mendapat giliran ke Raudlah, "pintu masuk" PERTAMA ini akan ditutup begitu semua rombongan sudah di antrian berikutnya. Sekali lagi, UPAYAKAN  Sholat fardlu di dalam masjid melalui pintu 25 dan 29, agar bisa langsung mengantri untuk  masuk Raudhah. kalaupun tidak kebagian tempat, dan harus sholat di luar atau lokasi yang lain. Usai sholat, bersegeralah masuk ke dalam masjid dari pintu 25/29 dimana banyak orang yang sedang mengantri.
Jika sudah dibukakan pintu untuk rombongan kita, kita akan dibawa menuju antrian yang berikutnya, yakni antrian yang KEDUA dan KETIGA. Intinya, tidak perlu berebut dan ikuti saja asykar yang membawa tulisan nama negara kita.

3. Ketahui lokasi Raudhah dan ciri-cirinya.

Raudhah merupakan salah satu bagian di dalam Masjid Nabawi yang banyak dimasuki jamaah untuk memanjatkan doa. Raudhah itu sendiri adalah suatu tempat antara rumah nabi SAW dengan mimbar.  Di dalam rumah Nabi SAW, yang juga kediaman Aisyah ra,  itu terdapat makam Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash Shiddiq ra dan Umar bin Khathab ra. Raudhah berukuran 22 m x 15 m. Luasnya yang tak seberapa ini memang tak sebanding dengan banyaknya jumlah jama'ah yang ingin memasukinya. Oleh karena itu dibuat bergiliran dan dibatasi waktunya.

Satu hal yang bisa dijadikan tanda atau pengingat untuk menandai Raudhah adalah karpetnya. karpet di Raudhah ini berwarna hijau muda, berbeda dengan karpet di Masjid Nabawi yang umumnya berwarna merah.

sumber gambar : di-edit dari sini

4. Ketahui ibadah-ibadah yang boleh dilakukan di Raudhah dan apa-apa yang dilarang.

Sebagai salah satu bagian dari Masjid Nabawi, ibadah sholat merupakan satu hal yang boleh dikerjakan di Raudhah.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ
“Shalat di masjidku ini lebih baik daripada 1000 shalat di tempat lain, kecuali di Masjid Al-Haram.” (HR. Muslim no. 1394)

Pertanyaan yang mungkin timbul adalah, sholat sunnah apa yang boleh dikerjakan? saya belum menemukan dalil yang menyebutkannya secara detail. Jadi, boleh saja melaksanakan sholat Dhuha, hajat, istikharoh, dan lain sebagainya. Hal ini tentu disesuaikan dengan waktu dan hajat kita.
Kita juga diperbolehkan tilawah / membaca ayat-ayat Al Qur'an di sini.
Raudhah juga merupakan salah satu tempat berdo'a yang mustajabah. Jadi manfaatkan kesempatan untuk memperbanyak dzikir dan berdo'a, untuk kebaikan diri, keluarga, juga seluruh kaum muslimin.  Hendaknya kita pun memperhatikan adab berdo'a.  Salah satunya adalah berdo'a dengan menghadap ke arah Kiblat, bukan menghadap makam Rasulullah. Berdo'a pun meminta kepada Allah saja, bukan selain-Nya. Begitu pula dengan dinding rumah rasulullah yang kini berhiaskan kaligrafi atau tiang-tiang dan mimbar, tidaklah perlu mengusap-usap atau menciuminya karena syariat Islam sama sekali tidak memerintahkan yang demikian. Ucapkan saja sebanyak mungkin shalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat serta keluarga. 
Hal lain yang perlu diingat juga adalah agar saat kita melaksanakan ibadah yang bersifat SUNNAH ini, jangan sampai kita mendzolimi orang lain -dimana hukum mendzolimi orang lain adalah HARAM-. jangan sampai kita bertengkar, berebut, mengganggu orang lain dan sebagainya.

5. Gunakan waktu saat mengantri atau menunggu giliran masuk Raudhah dengan hal-hal yang bermanfaat.

Saat antri atau menunggu giliran masuk, manfaatkan untuk banyak-banyak bersholawat, tilawah Al Qur'an, dan berdzikir. Niatkan duduknya kita, selama mengantri, untuk beri'tikaf juga. Jangan sia-siakan waktu untuk banyak mengobrol yang tidak perlu, kalau sesekali sih tidak mengapa. memang kita juga harus banyak bersabar, karena tidak hanya satu dua menit kita mengantri, bahkan rekor terlama saya mengantri adalah hampir dua jam. Ujian kesabaran kita diawali di antrian ini, hingga nanti saat di Raudhah.


6. Perbanyak bekal sabar. 

Setiap orang yang akan berangkat ke tanah Suci, pasti selalu diberikan pesan-pesan, baik oleh para ustadz atau orang-orang yang sudah pernah melaksanakannya. Salah satu bekal yang tidak boleh tertinggal dan harus selalu tersedia adalah bekal SABAR. Jangan berlarian ataupun berdesak-desakan untuk memasukinya. Lagi pula kita juga sedang berada di dalam masjid, bolehkah kita berlarian di dalam masjid, layaknya anak-anak? Sabarlah menunggu giliran, in syaa Allah akan tiba waktunya kita bisa masuk.

sumber gambar : dari sini

7. Gunakan waktu singkat di Raudhah dengan ibadah yang khusyu'.

Jika sudah di Raudhah, manfaatkan betul waktu yang singkat ini karena  biasanya kita hanya diperkenankan tak lebih dari 15 menit. Saat berdo'a/berdzikir/bjanganlah berlama-lama karena banyak jama'ah lain yang juga ingin beribadah di sana. Sekali lagi yang perlu kita ingat bahwa beribadah di Raudhah adalah ibadah sunnah, sedangkan mendzalimi orang lain adalah wajib untuk dihindari. Maka secara hukum fikih, sunah dikalahkan oleh yang wajib.
Rasulullah bersabda : "Janganlah kalian shalat, kecuali menghadap sutrah (pembatas, red) dan janganlah kalian membiarkan seorangpun lewat di hadapanmu, jika dia menolak hendaklah kamu bunuh dia, karena sesungguhnya ada syetan yang bersamanya." (HR. Muslim)
Sebaiknya Anda masuk ke Raudhah bersama teman, sehingga Anda bisa sholat bergantian. Saat Anda sholat, teman Anda yang menjaga (menjadi pagar atau memberi tahu jama'ah yang lain agar tidak melewati/mengganggu), begitu pula sebaliknya. In syaa Allah akan lebih khusyu ibadahnya.

8. Jangan berpisah dari rombongan.

Jika Anda berangkat bersama rombongan, sebaiknya tidak sampai terpisah dari rombongan. Bisa juga menyepakati tempat berkumpul di luar raudhah dengan sesama teman serombongan, karena biasanya saat di raudhah sangat memungkinkan terpisah dengan teman. Atau jika terpisah, jangan panik dan tanyakan pada petugas, ke mana arah pintu keluarnya kemudian baru hubungi rekan Anda.


9. Senantiasa berdo'a kepada Allah. 

Salah satu hal yang tak boleh terlupakan adalah senantiasa meluruskan niat yang ikhlas mengharap ridlo Allah dan bermohon pada-Nya agar dimudahkan untuk bisa memasuki raudhah, bisa beribadah di sana dengan khusyu dan diijabah do'a-do'a kita.

wallohu a'lam bish showab

Demikian sekilas tips mengunjungi raudlah, khususnya untuk saudari-saudari muslimah. Semoga bermanfaat...

Agenda Rutin di Madinah

sumber gambar : dari sini


Alhamdulillah, bersyukur kami memutuskan untuk berangkat haji bersama rombongan Milli Gorus Belgia. Kegiatan bersama MG cukup memotivasi kita untuk mengoptimalkan ibadah selama di tanah suci. Tidak hanya ketika di Mekkah, saat kami di Madinah pun mereka merancang beberapa kegiatan, di antaranya adalah :

1. Berziarah ke tempat-tempat yang bersejarah bersama rombongan, dengan berjalan kaki dan naik bus.

2. Kita dipersilakan untuk melakukan aktivitas/ziarah sendiri dengan tetap menjaga kontak dengan ketua regu -di luar jadwal kegiatan bersama rombongan-, namun kita juga diingatkan agar tidak lalai akan tujuan utama beribadah di sini. Kita sangat dianjurkan untuk selalu sholat fardlu berjama'ah di masjid Nabawi selama berada di Madinah. Kalau di kalangan jama'ah Indonesia biasanya dikenal dengan istilah "Sholat Arba'in".


Dalam suatu hadits disebutkan bahwa, dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa yang sholat di masjidku ini empat puluh sholat dan tidak tertinggal satu sholat pun (berturut-turut) maka akan bersih (terlepas) dari siksa neraka, lepas dari azab, dan bersih dari kemunafikan’ (HR Ahmad).
Dari hadits ini kemudian muncul istilah arba’in yang berarti empat puluh. Setiap jemaah haji berusaha untuk mendapatkan arba’in di Masjid Nabawi ini. Caranya ialah dengan melakukan sholat fardhu selama 8 hari berturut-turut tanpa putus.
Para ulama berbeda pendapat tentang kekuatan hadits arba’in ini. Al-Mundziri, seorang ahli hadits mengatakan bahwa perawi hadits di atas semuanya adalah tsiqot (shohih). Ibnu Hajar berpendapat bahwa salah seorang perawi hadits yang bernama Nabith bin Umar diragukan ketsiqotannya oleh sebagian ahli hadits.
Sholat 40 waktu (arba’in) di Masjid Nabawi di atas dapat pula dikaitkan dengan hadits Nabi yang mengatakan bahwa, ‘Siapa yang sholat berjamaah (dengan ikhlas karena Allah SWT) selama 40 hari berturut-turut sejak takbiratul ihram yang pertama, maka dia akan lepas dari kemunafikan’ (Hadits Hasan).
Hadits di atas menjelaskan keutamaan sholat berjamaah pada selain Masjid Nabawi. Kalau di Masjid Nabawi diperlukan 40 waktu, sedang di luar Masjid Nabawi diperlukan 40 hari agar terlepas dari azab Allah SWT. Disamping itu, adanya kesamaan jumlah 40 dalam dua hadits tersebut yang kemungkinan diharapkan dari jumlah itu akan membentuk kebiasaan untuk melaksanakan sholat berjamaah.

Alhamdulillah, rombongan MG Belgia yang kami ikuti ini, berada di Madinah selama 8 hari. Karena sebagian rombongan yang lain tinggal di madinah kurang dari 8 hari, bahkan ada teman kami dari Belgia juga -yang berangkat dengan rombongan yang lain- hanya tinggal di Madinah selama 2-3 hari. Kami saja yang 8 hari merasa kurang lama, apalagi kalau cuma 2-3 hari. Kami ingin berlama-lama di Masjid Nabawi yang nyaman dan banyak sekali tempat bersejarah yang ingin kami kunjungi. Semoga bisa ke sana lagi...aamiin

3. Untuk jama'ah haji MG yg muslimah, ada beberapa agenda tambahan:

a. Agenda Qiyamul Lail dan Khataman Al Qur'an setiap hari.
Setiap hari selama di Madinah, kita berkumpul di Masjid Nabawi pukul 03.00 (waktu shubuh adalah jam 4 lebih). Setelah berkumpul, kita dipersilakan untuk qiyamul lail sendiri-sendiri, tapi tempatnya berdekatan. Kemudian tilawah sesuai dengan bagiannya masing-masing (biasanya bagiannya telah ditentukan hari sebelumnya, sehingga tidak terlalu memakan waktu. kalaupun tugas tilawahnya sudah selesai, bisa membantu yang lain atau tilawah sendiri). Setelah itu, Seima hodja memimpin do'a khotmil qur'an dan biasanya juga ada yang nitip do'a-do'a tertentu. Pengalamanku selama 8 hari di sana dan melakukan ini setiap hari (kecuali hari pertama, karena pengarahannya baru ba'da shubuh hari pertama), jama'ah haji dari rombongan yang lain salut dengan agenda ini, bahkan ada yang akhirnya ingin ikut bergabung. Subhanalloh... Moga juga bisa diistiqomahkan sepulang haji ini...

b. Berkunjung ke Raudhah.
Jama'ah perempuan memang tidak bisa setiap waktu mengunjungi Raudhah. Ada jadwal-jadwal tertentu yang diperbolehkan. Untuk masuk pun kita harus bergabung di kelompok negara asalnya. Oleh karena itu, MG Belgia, mengajak kita untuk berangkat bersama-sama.

Alhamdulillah, semoga Allah menerima ibadah kita semuanya...aamiin