Wednesday, November 14, 2012

Hikmah Persiapan Haji

Hari demi hari berlalu begitu cepat... tak terasa jadwal keberangkatan ke tanah suci semakin dekat. Semakin dekat, ada aja hal-hal kecil masih terlewat. Tak jarang, telpon kanan-kiri untuk tanya ini-itu. ALhamdulillah tidak sedikit teman-teman di sini yang menawarkan bantuan, meminjami perlengkapan, bahkan ikut membelikan beberapa kebutuhan kami. Semoga Allah membalas kebaikan mereka semuanya, mulai dari yang memberikan informasi-informasi penting, yang sudah berbagi pengalaman haji, yang meminjami buku-buku dan perlengkapan haji, yang membelikan beberapa kebutuhan haji, yang mengantar ke stasiun, yang mengantar ke bandara, yang mendo'akan, yang mau dititipi tanaman kami, yang membawakan kami bekal untuk di perjalanan, yang memberikan "salam tempel" (meski di LN, ada juga budaya ini ya...alhamdulillah), yang menjemput kami di bandara, yang menyambut kami sehingga kami tidak merasa "sendiri", yang repot-repot menyiapkan makanan untuk kami (yang ternyata masih cukup sampai 3 hari ini), sampai yang bersilaturrahmi sehingga kami pun merasa masih berada di tengah-tengah keluarga besar muslim Indonesia di Belgia. Jazaakumullohu khoir katsir...

Selama melakukan persiapan haji yang semakin heboh di detik-detik akhirnya, banyak hikmah yang saya dapatkan, di antaranya adalah :

1. Semakin dekat dengan hari -H- keberangkatan haji, semakin sibuk pula persiapannya, ada saja yang kurang.
--> saya membayangkan seandainya jadwal keberangkatan haji yang sudah kita ketahui ini di-analog-kan dengan jadwal kematian. maka pastilah kita sibuk "berbekal". Sibuk menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan agar tidak ada yang terlewatkan. Tetapi, masalahnya adalah kita tidak tahu jadwal kematian kita. Ya Allah...semoga dengan ketidaktahuan kita tentang kapan kita akan "kembali kepada-Nya", tidak mengurangi semangat kita untuk terus "berbekal". Bukankah ada nasihat bagi orang yang beriman, "Bekerjalah seolah-olah kamu mati seribu tahun lagi dan beribadahlah seolah-olah kamu mati esok hari". Mari kita terus menyempurkan bekal abadi kita...bekal ketaqwaan...

2. Betapa sebuah kepasrahan berbuah pertolongan dari Allah.
--> yang saya pahami dari sebuah kepasrahan adalah tidak berpangku tangan. Itu juga yang diajarkan oleh ustadz/ustadzah di pengajian-pengajian. Dan itu pula yang saya coba lakukan, saat saya bingung mencari sesuatu (terkait kelengkapan haji), coba bertanya pada teman. Bahkan, kami sendiri menjadwalkan untuk bersilaturrahmi kepada beberapa teman yang sudah berangkat haji secara khusus, untuk mendapatkan informasi, nasehat dan sharing pengalaman mereka, yang terkadang hal-hal itu lebih detail dari apa yang tertulus di buku-buku panduan manasik haji. Alhamdulillah, pertolongan Allah pun datang melalui mereka. Banyak yang tidak hanya berbagi cerita, tetapi juga bersedia meminjamkan barangnya untuk kami pakai, ada yang membelikan beberapa keperluan haji, ada yang mengirimkan buku-buku panduan ibadah haji. Laa haula walaa quwwata illa billah... banyak sekali support materiil dan immateriil yg saya dapatkan.

3. Training to be patient
--> Banyak sekali rekan dan ustadz yang berpesan bekal terbesar bagi calon jama'ah haji adalah bekal kesabaran. dan ternyata sabar itu musti dimulai dari sekarang, sebelum berangkat haji. Bersabar saat apa yang dicari belum didapatkan. Sabar saat harus menunggu. Sabar untuk urusan ini dan itu... sabar dan sabar. Innalloha ma'a sobiriin...

4. CJH Mandiri
--> seperti yang sudah saya ceritakan di tulisan sebelumnya, bahwa berangkat haji dari sini menuntut kami untuk menjadi CJH yang mandiri. Ini salah satu keuntungan yang saya rasakan. Dimana kami merasa musti sungguh-sungguh belajarnya, memahami betul-betul Fiqh Haji. Alhamdulillah berbekal buku-buku kiriman dari Indonesia, buku2 kiriman dari teman di Belanda (yang berangkat haji dg biro haji Indonesia), beberapa file/buku yang sempat kami download, beberapa video di youtube, itu semua sangat membantu persiapan ini. Karena biro haji yang kami ikuti adalah Milli Gorus, biro haji Turki. Selama di sana pun mereka akan berbahasa Turki. Belajar dari pengalaman saat seminarie kemarin, bahwa tidak selalu ada penerjemah. So, kita harus memahami syariahnya. meski kami juga sangat mengharapkan mereka menyediakan penerjemah, at least dalam bahasa belanda. Selain itu buku-buku tentang ziarah di mekah dan Madinah pun harus kami baca jauh2 hari, sehingga ketika kami berziarah, kami pun sudah mengetahui secara garis besarnya. Ada salah satu buku yang berisi tempat-tempat bersejarah di Mekah dan Madinah, yang berbahasa Turki itu pun tampak cukup "menggiurkan" untuk dibaca. Meski saya harus mencari orang yang bisa menerjemahkannya ke dalam bahasa yang saya mengerti (Alhamdulillah, berkat bantuan sister Afra, muslimah Turki yg tinggal satu gedung dengan saya, saya bisa sedikit mengerti beberapa kosakata Turki. Dia berusaha menerjemahkannya dalam bahasa Inggris).

Alhamdulillah... semoga segenap persiapan untuk menjadi tamu Allah ini mendapat ridlo-Nya, dan hikmahnya bisa kita pelajari bersama. insya Allah...

Labbaikallohumma labbaik...
labbaik kalaa syarii kala kalabbaik...

No comments:

Post a Comment