Pada hari kedua kami di Madinah, kami diajak berziarah ke beberapa masjid bersejarah. Setelah itu kami diajak ke (bekas) Stasiun Kereta Api. Saya pun jadi berpikir, "mengapa kita dibawa ke sini?" Jujur saja, informasi yang saya dapat tentang stasiun ini sangat terbatas, hanya saya dapat dari buku yang diberi oleh MG dan berbahasa Turki pula. Jadilah sepanjang jalan saya bertanya-tanya dalam hati.
Lokasi Stasiun kereta api ini sekitar 1 km dari Masjid Nabawi. Stasiun kereta api inilah yang digunakan untuk mengangkut jamaah haji dari Turki ke Madinah pada abad pertengahan. Hal ini dioperasikan terutama untuk mengangkut peziarah Muslim dari ibukota Kekhalifahan Utsmaniyah di Turki ke kota-kota suci Mekkah dan Madinah. Stasiun kereta dengan arsitektur yang sama dengan ini pun ada di Istanbul (sepertinya saya perlu mengagendakan kunjungan ke Istanbul untuk membuktikan hal ini....:-) *dapat ide cemerlang*).
Amin hodja menceritakan bahwa pembangunan stasiun kereta api ini turut melibatkan (hampir) seluruh umat muslim di dunia. Stasiun kereta api di Madinah itu terkait dengan beberapa stasiun hingga Damaskus yang meliputi beberapa 1760 kilometer. kereta api ini dibangun oleh Sultan `Abd al-Hamid Kedua dan selesai pada tahun 1908. Ada sebagian orang yang pesimis bahwa proyek ini akan terwujud, tapi berkat keterlibatan seluruh umat Islam di berbagai pelosok dunia (khusunya mereka yang berada di bawah kekhalifahan Utsmaniyah), maka terkumpullah dana untuk menyelesaikan mega-proyek ini. Allohu Akbar!
Dalam pembangunannya pun ada satu hal yang menarik. Sebagian rel kereta yang terletak di Madinah diberi bantalan karet sehingga tidak menimbulkan suara yang berisik ketika kereta tiba di Madinah. Mengapa?? Alasannya adalah kecintaan mereka yang sangat besar kepada Rasulullah SAW. Mereka mengetahui bahwa di Madinah ada makam Nabi SAW. Oleh karena itu, mereka tidak ingin "mengganggu" Nabi SAW dengan suara kereta api yang berisik. Masya Allah...sampai sebegitunya mereka menghormati Rasulullah. Sejenak ingatanku melayang kepada apa yang baru saja kulihat saat mengunjungi masjid Abu Bakar, Ali dan Umar beberapa saat yang lalu. Di sekitar masjid-masjid tersebut, yang jelas lokasinya jauh lebih dekat dengan Masjid Nabawi, sedang dilakukan pembangunan hotel-hotel yang menurutku terlalu "mepet" dengan masjid. Bayangkan... Masjid Nabawi dikelilingi oleh hotel-hotel. Bagaimana saat mereka membangunnya? Bagaimana saat menggali pondasinya? Apakah mereka berfikir, Nabi SAW akan terganggu atau tidak? Hmm.. yaa, semoga apa yang terjadi membawa maslahat (meski sambil senyum kecut pada kebijakan pemerintah setempat yang kurang memperhatikan ruang terbuka di sekitar Masjid Nabawi). Selama perang dunia I, kereta api Hijaz dihancurkan oleh kampanye sabotase yang diluncurkan oleh Lawrence of Arabia, 10 tahun setelah pembukaannya.
Kini stasiun ini tidak beroperasi lagi karena Pemerintah Saudi telah menutupnya. Kini, katanya sedang dalam proses negoisasi dari pihak Turki agar stasiun ini boleh beroperasi kembali.
Di sebelah kanan dari Stasiun Kereta Api Hijaz, terdapat sebuah masjid yang cantik meski "mungil", namanya adalah Masjid Al Anbariyyah.
Wallohu a'lam bish showab
Sumber : dari buku Mekke Medine Kitabi (IGMG) dan ini.
No comments:
Post a Comment